Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/02/2014, 09:32 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

KOMPAS.com — Kesehatan janin dalam kandungan sangat menentukan kesehatan bayi setelah dilahirkan. Karenanya, deteksi dini kelainan pada janin penting dilakukan untuk mengurangi risiko cacat lahir atau gangguan kesehatan lainnya.

Ultrasonografi (USG) merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk melakukan deteksi dini. Meski begitu, menurut Rahmi Alfiah Nur Alam, dokter spesialis radiologi RS Pondok Indah-Puri Indah, metode USG yang dilengkapi dengan magnetic resonance imaging (MRI) akan memberikan hasil diagnosis yang lebih akurat.

"Ketika ada sesuatu yang dicurigai oleh dokter kebidanan, metode deteksi dengan MRI akan membantu menegakkan diagnosis sehingga membuat penyaranan terapi menjadi lebih tepat," kata Rahmi pada seminar dalam rangka perkenalan MRI 3 Tesla Skyra di Jakarta, Kamis (20/2/2014).

Menurutnya, MRI yang memiliki tingkat sensitivitas dan spesifikasi lebih baik bisa menghasilkan gambar lebih detail sehingga diagnosis lebih tepat. Apalagi dengan adanya teknologi terbaru, yaitu MRI 3 Tesla, hasil gambarnya lebih jelas hingga ke tingkat anatomi sehingga memudahkan dokter melakukan diagnosis.

Kelebihan lain MRI adalah tidak memiliki efek samping negatif pada ibu maupun janin. "Tidak perlu khawatir dengan pencitraan MRI karena tidak akan membahayakan kesehatan janin lantaran tidak menggunakan radiasi sinar X," ujarnya.

Rahmi menjelaskan, MRI merupakan teknik diagnostis medis yang menghasilkan gambaran untuk memeriksa dan mendeteksi kelainan di dalam tubuh. MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio frekuensi. MRI dapat menghasilkan gambaran-gambaran dengan potongan sangat tipis dari bagian tubuh mana pun dalam waktu singkat.

Kelainan janin yang dapat dideteksi dengan MRI, lanjut dia, antara lain tumor di mata janin, kista di kepala, spinal bifida atau kelainan tulang belakang janin yang bisa menjadi penanda penyakit serius. Deteksi mulai bisa dilakukan sejak awal kehamilan.

Pada kesempatan yang sama, Luqman Adji Saptogino, dokter spesialis radiologi RSPI, menjelaskan, hasil USG sebaiknya dilengkapi dengan MRI karena hasil USG bersifat dinamis dan hanya dapat ditafsirkan oleh dokter yang memeriksa. Sementara hasil MRI dapat dibaca oleh siapa pun, khususnya ahli radiologi.

"Akurasinya pun lebih tinggi dan prosesnya cepat sehingga penentuan terapi pun menjadi lebih dini," tutur Luqman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau