PARIS, KOMPAS.com - Sekitar satu juta anak-anak, dua kali lipat dari perkiraan yang pernah ada sebelumnya, terserang tuberkulosis (TB) setiap tahun. Studi yang diumumkan Senin (24/3/2014), juga untuk pertama kalinya mengeluarkan perkiraan angka kasus resistensi obat TB di orang-orang berusia muda.
"Banyak kasus tuberkulosis dan penyakit TB resisten multi-obat tidak terdeteksi pada anak-anak," kata penelitian tersebut. Model komputasi dari tim peneliti mendapatkan 999.800 orang berusia di bawah 2015 terserang TB pada 2010.
Sekitar 40 persen kasus TB tersebut ditemukan di Asia Tenggara dan 28 persen di Afrika. "Menurut perkiraan kami, jumlah kasus baru TB di masa kanak-kanak mencapai dua kali perkiraan WHO (organisasi kesehatan dunia) pada 2011 dan tiga kali kasus global TB anak yang diumumkan setiap tahun," papar Ted Cohen dari Harvard School of Public Health.
Penelitian yang dilansir lewat The Lancet bertepatan dengan hari TB Dunia ini, menyoroti penyakit yang diperkirakan menewaskan 1,3 juta jiwa per tahun tersebut. Selain itu, tim menyoroti pula soal resistensi multi-obat TB (MDR-TB) terjadi pad 32.000 anak-anak pada 2010.
Angka MDR-TB tersebut berarti ketidaktahanan terhadap obat yang sekarang berada di garis depan pengobatan TB, isoniazid dan rifampisin, yang artinya juga adalah pengobatan TB akan lebih sulit dan lebih mahal. Ini adalah perkiraan pertama atas angka MDR-TB untuk anak-anak di bawah usia 15 tahun yang merupakan seperempat populuasi global.
Anak-anak memiliki risiko lebih tinggi terserang TB dan berisiko sama tingginya untuk meninggal karena MDR-TB, sekalipun bereaksi baik atas pengobatan. Diagnosa untuk anak-anak memang lebih sulit dilakukan karena sebagian dari mereka tak bisa batuk sampel dahak yang dibutuhkan untuk uji laboratorium.
Perkiraan yang dapat diandalkan diperlukan otoritas kesehatan untuk menetapkan sumber daya diagnosa dan pengobatan penyakit menular paru-paru. Ben Marais dari Marie Bashir Institute for Infectious Disease and Biosecurity di Sydney, Australia, mengakui bahwa mendiagnosa TB dan MDR-TB pada anak-anak adalah persoalan paling sulit. "Ada kesenjangan besar deteksi kasus (antara dewasa dan anak-anak) dalam diagnosa dan pengobatan," kata dia.
WHO mengatakan ada sekitar 450.000 orang memiliki MDR-TB pada 2012 dan 170.000 orang meninggal dari jumlah itu. Menurut organisasi ini hanya kurang dari 20 persen pasien dengan MDR-TB mendapatkan pengobatan yang tepat. Hampir 10 persen kasus MDR-TB berkembang menjadi XDR (resisten terhadap obat secara ektensif), jenis yang lebih luas dari resisten terhadap obat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.