KOMPAS.com – Tak dapat dipungkiri, perilaku buang air besar (BAB) sembarangan masih terjadi di Indonesia. Di sejumlah pedesaan, masyarakat masih BAB sembarangan di kali atau sungai.
Data Joint Monitoring Program WHO/UNICEF 2014, sebanyak 55 juta penduduk di Indonesia masih berperilaku BAB sembarangan. Mereka pun bisa mandi dan mencuci pakaian di sungai yang sama. Akibatnya, mereka rentan terkena penyakit diare hingga pneumonia pada anak-anak.
Ketua Umum Asosiasi Toilet Indonesia Naning Adiwoso mengatakan, pola pikir masyarakat di pedesaan harus diubah terlebih dahulu. Apalagi, kata Naning, tahun 2020 diperkirakan terjadi urbanisasi di Indonesia.
“Itu jadi permasalah karena mereka pikir nanti, ah alam akan membereskan. Kenapa kita enggak bisa mengubah mindset bangsa kita?” kata Naning di Jakarta, Selasa (18/11/2014).
Setelah itu, dibangunlah toilet sebagai tempat BAB, baik toilet duduk maupun jongkok. Naning mengatakan, pembangunan toilet umum dapat disesuaikan dengan budaya masing-masing daerah.
“Misal, di Indonesia bagian timur, mungkin dibangun empat toilet jongkok dan dua toilet duduk. Jadi kita lihat lokasinya di mana,” terangnya.
Menurut Naning, kini mulai banyak yang membantu pembangunan toilet di pedesaan. Data Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan tahun 2013 menunjukkan perilaku BAB yang benar meningkat jadi 82,6 persen dari 71 persen tahun 2010.
“Jumlah Desa STBM (sanitasi total berbasis masyarakat) termasuk stop BAB sembarangan pada triwulan 3 tahun 2014 sudah mencapai 19.100 desa dari target 20.000 tahun 2014,” ujar Kepala Balitbangkes, Tjandra Yoga Aditama melalui pesan singkat, Rabu (19/11/2014).
Namun, permasalahan pun tak selesai sampai di situ. Toilet yang ada sering kali dibiarkan kotor. Kuman kembali bersarang dan menjadi sumber penyakit. Sementara itu, di daerah yang kering seperti wilayah Nusa Tenggara Timur, masyarakat juga masih sulit mendapatkan air bersih.
Naning mengatakan, pembangunan toilet di pedesaan yang tetap terjaga kebersihannya seharusnya bisa terwujud jika ada komitmen dari warga untuk hidup bersih. Pemerintah daerah pun harus menjadikan akses sanitasi yang layak bagi warga sebagai prioritas. Sebab, toilet bukan pilihan, melainkan suatu kebutuhan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.