Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/03/2015, 16:05 WIB

KOMPAS.com - Penyakit meningitis mendadak banyak dibicarakan orang setelah pembawa acara dan komedian Olga Syahputra meninggal dunia karena penyakit ini. Sebenarnya penyakit ini juga termasuk penyakit yang paling berbahaya pada bayi dan balita.

Data WHO menunjukkan, sekitar 1,8 juta bayi dan balita meninggal setiap tahun akibat meningitis. Insiden meningitis bakteri di negara maju sudah menurun sebagai akibat keberhasilan imunisasi HiB (Haemophilus influenzae tipe B) dan IPD (invasive pneumococcal diseases).

Kejadian meningitis bakterial oleh HiB turun 94 persen dan insiden penyakit invasif oleh S.pneumoniae turun dari 51,5 kasus per 100.000 anak usia 1 tahun menjadi 0 kasus setelah 4 tahun program imunisasi IPD dilakukan.

Di Indonesia, angka meningitis bakteri pada bayi dan balita masih lebih tinggi dibanding negara maju. Padahal, penyakit ini merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia, tidak hanya dalam angka kematian, tapi juga risiko kecacatan yang ditimbulkan setelah kesembuhan.

Infeksi yang fatal meliputi otak dan sumsum daerah tulang belakang. Bahkan, dengan diagnosis dini dan pengobatan yang dilakukan secara segera, 5 sampai 10 persen dari pasien yang mengalaminya tetap tidak tertolong.

Sebanyak 10 sampai 20 persen pasien yang telah sembuh menderita gangguan pendengaran, kerusakan otak, atau gangguan mental.

Karena itulah bayi berusia di bawah 2 tahun dianjurkan untuk divaksin meningitis. Apalagi penyakit ini mudah menular melalui cairan ludah atau ingus ketika anak batuk atau bersin, tertawa, atau bicara.

Gejala penyakit akan muncul setelah balita menderita gejala-gejala mirip flu, yakni batuk, pilek, dan diare, serta demam tinggi. Waspadai jika bayi tampak lesu, rewel, ada kejang, dan sensitif pada cahaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau