Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/04/2015, 07:19 WIB

KOMPAS.com - Diabetes adalah penyakit yang memiliki banyak komplikasi, salah satunya adalah di bagian sistem saraf (neuropati). Salah satu yang paling ditakuti adalah kerusakan saraf di bagian kaki yang bisa membuat luka sulit sembuh, bahkan terancam amputasi.

Rumini (53) harus rela kehilangan setengah telapak kaki kirinya akibat diabetes melitus yang dideritanya. Padahal, sebelumnya ibu tiga anak ini berprofesi sebagai pengajar senam aerobik. Bahkan, ia bisa mengajar senam sampai 5 kali dalam sehari.

Seperti kebanyakan penyandang diabetes lainnya, Rumini juga tidak pernah menyadari gejala-gejala penyakit yang dideritanya. "Sebenarnya saya pernah cek kesehatan ketika mendapat panggilan mengajar senam di Hongkong waktu umur 39 tahun, saat itu baru ketahuan saya punya gejala diabetes, darah tinggi, asam urat, dan alergi debu," katanya ketika ditemui di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta (30/3/15).

Meski demikian, ia tidak langsung memeriksakan lebih lanjut kesehatannya ke dokter. Ia pun menjalani aktivitasnya seperti biasa. Sampai pada tahun 2012 ia mengalami luka di bagian kaki kirinya.

"Waktu itu saya baru sadar kaki bengkak setelah makan di warung mi. Lalu saya jalan di aspal, maksudnya supaya lembut karena aspal kan panas, tapi belakangan baru saya tahu ternyata itu tidak boleh," ujarnya.

Ia lalu mengalami luka di kaki, itu pun diberitahu oleh anaknya karena Rumini tidak merasakan keluhan apa pun. "Sempat saya siram dengan air dingin supaya steril, tapi kakinya justru makin bengkak," kata wanita yang tinggal di Bekasi Timur ini.

Karena tidak langsung ditangani dokter, bahkan Rumini sempat pergi ke luar kota untuk menengok cucunya, luka di kakinya pun semakin parah. Hingga akhirnya di pertengahan Februari 2012 dokter memutuskan untuk mengamputasi kakinya agar infeksinya tidak menjalar ke bagian tubuh lainnya.

“Kalau memiliki diabetes tidak boleh teledor. Saya sekarang kontrol ke rumah sakit sebulan sekali, lalu cek darah di laboratorium tiga bulan sekali. Pengecekan juga hanya diabetes melitusnya saja,” terang wanita yang kini mengelola kos-kosan sebagai pemasukannya.

Kematian jaringan

Apa yang dialami Rumini disebut juga dengan kaki diabetik, yakni suatu kondisi komplikasi saraf dan pembuluh darah besar. Akibatnya penderita akan mati rasa (baal, kebas) di bagian kaki. Mati rasa menyebabkan penderitanya tidak merasakan apa-apa walau pun kakinya terluka parah.

Jika tidak cepat diatasi, apalagi kalau kemasukan kuman, kaki yang luka tersebut bisa menjadi borok parah dan terjadi kematian jaringan. Pada kondisi yang berat, seringkali harus dilakukan amputasi.

Oleh karena itu mereka yang menderita diabetes wajib merawat kakinya. Hal yang perlu dilakukan antara lain membasuh kaki setiap hari dengan air hangat, perhatikan dan langsung obati jika terdapat lecet, luka kecil, atau radang. Hindari berjalan tanpa alas kaki dan pakailah sepatu yang tidak terlalu sempit. (Purwandini Sakti Pratiwi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com