Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/08/2015, 11:00 WIB
KOMPAS.com - Bagi masyarakat, jamu atau ramuan obat tradisional Indonesia sebetulnya bukan hal baru. Ramuan dari tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral itu secara turun-temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Salah satu cara pengolahan obat tradisional yang sederhana adalah merebus atau menggodok bahan-bahan dari tumbuhan, misalnya saja daun sirsak atau temulawak, lalu airnya diminum secara rutin untuk memelihara kesehatan.

Menurut Indah Yuning Prapti, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Kemenkes RI, penggunaan tanaman obat biasanya tidak akan kelebihan dosis.

Baca juga: Apa Saja Makanan yang Bisa Menurunkan Kolesterol Tinggi? Ini 8 Daftarnya

"Karena zat aktif dalam tanaman masih macam-macam, umumnya tidak akan sampai ke situ efeknya. Kecuali jika ia ada alergi. Misalnya saja orang yang asma alergi bulu, ketika ia diberi tanaman jati belanda untuk menurunkan kolesterolnya atau mengurangi kegemukan, bisa saja akan sesak," katanya.

Untuk mencegah hal tersebut, maka sebelum mengonsumsi obat herbal tertentu sampaikan dulu kondisi penyakit yang diderita sehingga bisa dicari obat pengganti. Masyarakat juga harus berhati-hati pada jamu atau herbal yang ternyata mengandung obat keras yang bisa berbahaya jika dikonsumsi setiap hari.

Indah menyebutkan, masyarakat sudah secara turun temurun menggunakan jamu dan dibekali kearifan cara menggunakannya. "Dulu memang takarannya hanya sejimpit, sejempol, segenggam. Tapi begitu kita ukur, misalnya saja daun jati belanda dalam kondisi kering segenggam itu setara dengan 5 gram. Nenek moyang kita sudah sangat arif sebenarnya," ujarnya.

Pemerintah memang terus mendorong pemanfaatan jamu secara lebih luas, antara lain dengan program saintifikasi tanaman obat tradisional. Dengan proses saintifikasi, jamu yang selama ini telah dimanfaatkan masyarakat memiliki bukti ilmiah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prabowo Terima Kunjungan Wakil PM Rusia, Ini yang Dibahas
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau