KOMPAS.com - Pendidikan anak harus dimulai sedini mungkin. Anak harus dikenalkan sistem belajar tertentu sejak bayi, jika tidak maka akan ketinggalan dengan anak-anak lain. Metode terbaik mengoptimalkan otak anak adalah dengan cara X. Artinya jika tidak menggunakan cara itu, otak anak tidak berkembang maksimal. Cara paling efektif mengajar anak membaca adalah dengan menggunakan sistem blablabla. Dan lain-lain, dan sebagainya.
Hasilnya? Anak umur dua tahun yang tidak bisa duduk diam selama dua jam di kelas, langsung divonis gangguan konsentrasi. Anak usia lima tahun dipaksa ikut bermacam-macam les yang merenggut waktu bermainnya. Anak tidak belajar sambil duduk menyimak buku, langsung dipanggilkan guru privat.
Stephen Camarata, pakar tumbuh kembang anak yang telah berpraktik selama 25 tahun, dalam esai pendeknya pernah mengungkapkan keprihatinan mengenai hal ini. Menurut Stephen, orang tua harus diberdayakan dengan pengetahuan untuk tidak mudah termakan taktik menakut-nakuti dalam menentukan pola didik dan belajar anak.
Di dalam bukunya, The Intuitive Parent, Stephen mengatakan bahwa hal yang paling penting dalam membesarkan anak yang sehat, cerdas, dan bahagia adalah keberadaan dan kebijaksanaan Anda sebagai orang tua mereka. Berangkat dari pemahaman itu, inilah mitos pola belajar keliru yang masih banyak diterapkan orang tua kepada anak-anaknya.
Mitos #1: Anda harus fokus mengembangkan otak bayi Anda sedini mungkin
Yang paling menakutkan adalah para ahli mengatakan bahwa pengoptimalan otak seharusnya dilakukan pada masa tiga tahun pertama kehidupan anak. Setelah itu, otak tetap berkembang tapi tidak maksimal.
Otak memang memerlukan input agar bisa berkembang, tapi tidak terlalu perlu dengan cara yang khusus. Lingkungan natural seorang bayi - sinyal, suara, rasa, sentuhan, bau yang kita alami juga setiap hari, memberi stimulus yang cukup untuk memicu perkembangan otaknya.
Ketika seorang ibu bernyanyi saat memberi makan atau memakaikan pakaian, secara natural ibu merangsang gelombang otak anak untuk bekerja aktif. Orang tua intuitif - orang tua yang mengikuti naluri mereka, mengembangkan otak bayinya tanpa menetapkan tanpa aksi-aksi yang terkesan memaksa.
Mitos #2: Anak perlu ditempatkan di kelas khusus karena terlambat bicara dibanding anak-anak lain
Pikir lagi jika ada orang, apapun profesinya, yang melabeli anak Anda autis karena dia terlambat bicara, dan guru yang terburu-buru menempatkan anak di kelas khusus.
Penelitian menunjukkan bahwa 60% anak yang awalnya terlambat bicara, dapat mengejar ketinggalan dari anak-anak sebayanya dalam waktu dua atau tiga tahun. Stephen mencontohkan dirinya sendiri yang belum dapat bicara sampai umur 3,5 tahun.
Memiliki spesialis tumbuh kembang anak adalah hal yang sangat bagus. Tapi sekali lagi, jangan dulu menerima diagnosa "ada kelainan" pada anak Anda sebelum meminta pendapat kedua dari ahli yang lain.
Mitos #3: Anak dianjurkan mengonsumsi Ritalin karena tidak bisa diam selama di kelas
Apakah anak Anda tidak bisa diam saat guru bercerita atau sedang menjelaskan pelajaran? Kelas anak-anak usia dini masih sering menggunakan metode belajar "duduk diam dengarkan saja" atau "duduk diam kerjakan apa yang disuruh". Ketahuilah, banyak anak-anak berbakat bisa belajar dengan cara itu tapi banyak juga yang tidak. Banyak anak belajar sambil bekerja atau beraktivitas dan itu sah-sah saja.
Sangat menyedihkan jika guru atau orang tua atau siapapun langsung menghakimi anak yang tidak bisa diam sebagai anak dengan ADHD (gangguan konsentrasi). Lebih sedih lagi jika akhirnya obat seperti Ritalin (obat stimulan syaraf pusat) dijadikan jawaban untuk menenangkan anak. Pertimbangkanlah bahwa cara belajar anak tidak sama. Bahkan anak yang sungguh-sungguh ADHD sekalipun dapat diterapi tanpa obat-obatan.