Glaukoma pediatrik terjadi ketika tekanan pada mata semakin besar sehingga menyebabkan kerusakan pada saraf optik.
Kondisi lain yang bisa mencuri penglihatan anak adalah strabismus (mata juling) dan amblyopia atau mata malas pada satu atau kedua mata. Bila tak segera ditangani, gangguan mata ini bisa menyebabkan kerusakan penglihatan, mengambat perkembangan mata dan memicu masalah belajar serta sosialisasi.
Menurut dokter mata Shreya Prabnu, ada dua jenis glaukoma anak, yakni yang terjadi pada usia anak-anak dan glaukoma saat remaja.
"Glaukoma infantile atau anak, terjadi beberapa bulan setelah lahir. Gejalanya lebih mudah dikenali orangtua karena anak tak mau membuka matanya pada cahaya, permukaan mata tampak berkabut dan matanya berair," kata Prabhu.
Anak balita yang menderita glaukoma juga memiliki kornea yang melebar. Orangtua memang agak sulit membedakan kornea yang ukurannya normal dan yang lebar, tapi dokter anak bisa melakukannya.
Sementara itu glaukoma yang terjadi saat remaja biasanya tidak menimbulkan gejala. "Gangguan ini baru diketahui saat anak menjalani tes mata dan terdeteksi gangguan penglihatan atau ada sesuatu dalam matanya," katanya.
Jika anak mulai mengeluhkan ada gangguan pada penglihatannya, misalnya penglihatannya seperti lorong, segera periksakan anak ke dokter mata. Gangguan itu biasanya merupakan tanda penyakitnya semakin memburuk.
Gangguan mata strabismus (mata juling) lebih mudah dikenali karena salah satu mata melihat lurus dan yang lain melihat ke arah luar, arah dalam, atau arah atas.
Pemeriksaan mata pada umumnya dilakukan dokter saat bayi baru lahir. Setelah anak memasuki usia sekolah sebaiknya periksakan kembali mata anak meski tidak ada keluhan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.