Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/10/2015, 09:01 WIB
Ayunda Pininta

Penulis

Sumber MSN.com

KOMPAS.com - Bagi sebagian orang, camilan ibarat sahabat dekat. Kehadirannya mampu memberi kenyamanan tersendiri. Kala sedang dilanda stres misalnya, sepotong cokelat manis bisa diandalkan untuk sedikit menenangkan pikiran. Begitu juga dengan sebungkus keripik kentang, seakan mampu menjadi suporter untuk menyelesaikan pekerjaan yang terus berdatangan. Itulah yang akhirnya membuat camilan sulit dihindari, karena bukan lagi sekadar sebagai pengganjal perut. Sehatkah kebiasaan ini?

Menurut Jodie Bell, pemilik sekaligus terapis di Healthy Habit Dorset, bagi sebagian orang, memakan kudapan tertentu, seperti gula, garam, serta penyedap, akan memberikan kesenangan tersendiri. Bila camilan sudah mampu memberikan sensasi rasa senang, bisa menjadi “obat” pengurang stres, dan bukan lagi sekadar pengganjal perut, maka mengemil sudah menjadi sebuah kebutuhan ketimbang keinginan.

Ahli kesehatan sekaligus ahli penurunan berat badan Dr. Sally Norton menambahkan, inilah yang disebut dengan comfort eating. Bahwa camilan mampu memberi dampak pada perubahan psikologis. “Bahkan, otak kita bisa menunjukkan reaksi candu yang sama antara memakan camilan bergula tinggi dengan obat keras,” papar Norton.

Sayangnya, meski kebiasaan mengemil bisa meningkatkan suasana hati, namun itu terjadi hanya sesaat. Sebab, camilan sudah pasti tak bisa menyelesaikan persoalan yang bisa Anda hadapi. Sebaliknya, kebiasaan ngemil malah menimbulkan permasalahan baru; bisa membuat tubuh candu terhadap kudapan tertentu, serta berpotensi membuat Anda makan berlebih, karena terbiasa merasa lapar di luar jam makan.

Untuk itu, Norton memberikan beberapa tip agar comfort eating tak membuat Anda candu:

 

Hindari mengurangi porsi makan secara drastis

“Diet dan mengurangi makan adalah 2 hal yang berbeda,” ungkap Norton. Diet adalah pola makan sehat yang menghadirkan beragam variasi makanan yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga tubuh tidak mudah lapar karena nutrisinya tercukupi. Sebaliknya, mengurangi makan lebih pada menghindari makanan tertentu. Misalnya, menghindari karbohidrat atau gula demi berat badan ideal.

Inilah yang akhirnya memicu keinginan besar untuk ngemil di sore hari. Penyebabnya ialah, karena tubuh kekurangan nutrisi. “Saat kita mengurangi porsi makan secara drastis, maka akan ada perubahan hormon yang pada akhirnya membuat kita ingin makan camilan banyak untuk mengasup energi, di samping membuat kita puas secara batin,” lanjut Norton.

 

Cari penyebab utama masalah

Menurut studi yang dirilis the Journal of Adolescent Health, remaja yang merasa depresi, dua kali lebih besar berpotensi kecanduan comfort eating demi mendapat kenyamanan sesaat. Bila makan yang cukup tak bisa menghentikan keinginan besar untuk mengemil, tandanya seseorang perlu melihat lagi, apakah ada persoalan yang membuat dirinya stres atau kelelahan. Lalu mencoba menyelesaikan masalah tersebut sebelum memutuskan untuk menjadikan camilan sebagai pelarian.

 

Hentikan ngemil dengan perbanyak aktivitas

Sebelum mengemil, terutama mengonsumsi junk food di luar jam makan, buatlah skala lapar 1-10. Bila menurut Anda skala lapar jatuh di angka 6, maka jangan makan. Untuk mengalihkan pikiran dari camilan yang begitu menggoda, coba lakukan aktivitas lain, misalnya mendengarkan musik bertempo tinggi, membuat benda kreatif, atau ngobrol dengan teman. Hingga akhirnya keinginan mengemil pergi dengan sendirinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau