Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ngemil Keripik Kentang Tingkatkan Risiko Kanker?

Kompas.com - 16/08/2015, 11:03 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

Sumber TIME.com

KOMPAS.com - Jujur saja, bagi banyak orang camilan keripik kentang itu enak dan bikin ketagihan. Faktanya, keripik kentang bukanlah makanan sehat. Meskipun terbuat dari kentang, keripik kentang bukan termasuk sayuran. 

"Keripik kentang asin adalah camilan rendah gizi, tinggi kalori," kata ahli gizi dari Cleveland Clinic, Lindsay Malone. Sekitar 50 gram keripik kentang bakal memberi kita tambahan 223 kalori, 14 gram lemak dan 221 mg garam. Mungkin camilan ini tidak memberi dampak ketika dimakan sesekali tetapi bakal jadi masalah jika dimakan setiap hari oleh anak-anak.

"Peningkatan terbesar kalori camilan anak-anak dalam 15 tahun terakhir berasal dari makanan asin," kata Dr. Lenny Lesser, dokter peneliti dari Palo Alto Medical Foundation yang meneliti perilaku makan remaja. Hal ini tidak hanya buruk untuk lingkar pinggang, tapi juga untuk kesehatan secara umum.


"Keripik kentang secara konsisten dilaporkan mengandung konsentrasi tertinggi acrylamide di antara semua makanan yang diuji," kata T. Koray Palazoglu, peneliti dan profesor di Mersin University Turki. Acrylamide adalah kimiawi yang tercipta pada makanan tertentu yang dimasak pada suhu tinggi. Karena keripik kentang diiris tipis dan digoreng panas,kandungan acrylamide itu lebih tinggi dari french fries.


French fries hanya terdapat acrylamide di kulitnya, sementara keripik kentang memiliki di semua bagian tipisnya. Belum diketahui dampak acrylamide untuk kesehatan manusia. Namun, European Food Safety memperingatkan kimiawi itu mungkin dapat meningkatkan risiko kanker.

Keripik kentang juga bersifat adiktif. Para ilmuwan pun tidak selalu dapat melawan renyahnya keripik itu. "Saya pun mengakui sangat menikmati keripik," kata Sangita Sharma, profesor aboriginal dan kesehatan global dari University of Alberta, Kanada. Bahkan, komunitas terpencil di Kanada yang pola makannya masih tradisional, 80 persen di antaranya makan keripik kentang, demikian hasil penelitian terakhir Sharma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau