Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/10/2015, 08:18 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Dibandingkan lemak di bagian tubuh lainnya, lemak di perut paling berbahaya karena bisa membuat organ tubuh penting seperti liver dan ginjal tertutup lemak.

Kelebihan lemak di perut sehingga lingkar perut membesar, bisa menjadi tanda utama dari sindrom metabolik atau kombinasi dari gangguan metabolik tubuh.

Sindrom metabolik bisa ditandai dengan lingkar perut lebih dari 80 cm pada wanita dan 90 cm pada pria, kadar kolesterol baik (HDL) kurang dari 45, kadar trigliserida lebih dari 150, tekanan darah lebih dari 140/94, gula darah puasa lebih dari 100 dan gula darah sewaktu lebih dari 140.

"Kalau dibiarkan, lama-lama sindrom metabolik bisa menyebabkan diabetes melitus," kata dokter Aris Wibudi, Sp.PD-KEMD.

Gangguan metabolik bisa meningkatkan risiko terjadinya resistensi insulin, kondisi di mana insulin tidak lagi bekerja dengan semestinya sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh dan tetap berada di peredaran darah. Akibatnya kadar gula darah menjadi tinggi.

Tumpukan lemak di dalam perut juga akan menghasilkan zat-zat yang merusak (pro inflamasi) sehingga akhirnya fungsi insulin terganggu.

Ia menyebutkan, dari kondisi awal lingkar perut yang besar sampai ke diabetes melitus bisa berlangsung 12-15 tahun. "Makin gendut perutnya, makin cepat terjadinya," ujar dokter dari RSPAD Gatot Subroto Jakarta ini.

Lingkar perut yang terus membesar terjadi akibat asupan makanan lebih besar dari yang dibutuhkan tubuh. Akibatnya lebih banyak kalori yang disimpan sebagai lemak.

Lemak di perut bisa dihilangkan dengan cara meningkatkan metabolisme. "Rata-rata metabolisme pada pria melambat di usia 55 tahun. Tapi kalau tidak bisa mempertahankannya, perlambatan terjadi di usia 35 tahun, apalagi kalau sejak anak-anak sudah gemuk," katanya.

Salah satu cara untuk mengurangi lingkar perut adalah dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur dan memperbaiki pola makan.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com