KOMPAS.com - Sebuah penelitian baru diharapkan bisa menjawab pertanyaan yang telah lama diperdebatkan oleh para ilmuwan: apakah gula itu sendiri yang berdampak buruk bagi kesehatan atau kegemukan akibat minuman dan makanan manis lah yang berkontribusi pada penyakit jangka panjang?
Dalam sebuah studi baru yang didanai oleh National Institutes of Health dan telah dipublikasikan sepekan lalu dalam jurnal Obesity, para ilmuwan merancang sebuah percobaan klinis untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tadi.
Mereka menghapus konsumsi gula tambahan pada 43 anak usia 9 dan 18 tahun dan menggantinya dengan jenis karbohidrat lain sehingga jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh besarnya tetap sama.
Para ilmuwan mengganti camilan anak berupa yoghurt manis kemasan dengan roti panggang. Kue-kue manis diganti dengan kentang panggang. Untuk makan siang, ayam teriyaki yang biasanya mengandung banyak gula diganti dengan kalkun panggang. Begitu juga dengan makanan dengan gula tambahan seperti sereal manis, mereka ganti dengan buah-buahan segar dengan rasa manis.
Setelah 10 hari melakukan diet ini, anak-anak menunjukkan perbaikan kesehatan yang dramatis, meskipun beberapa anak kehilangan sedikit berat badan. Rata-rata kolesterol jahat pada anak-anak tersebut turun 10 poin, tekanan darah turun 5 poin, lemak yang berkontribusi pada penyakit jantung turun 33 poin. Untuk anak-anak yang sudah memiliki risiko diabetes, kondisi kesehatan mereka ternyata juga membaik.
Temuan ini mengukuhkan argumen, bahwa tidak semua kalori diciptakan sama. Kalori yang dihasilkan oleh gula cenderung berkontribusi pada diabetes tipe 2, penyakit metabolik lain yang berkembang sejak usia anak-anak, ungkap penulis utama studi tersebut, Dr. Robert Lustig, ahli endokrinologi pediatrik di Benioff Children’s Hospital of the University of California.
“Penelitian ini mengatakan kalau kita dapat memperbaiki kesehatan metabolisme anak dalam 10 hari tanpa mengubah kalori atau berat badan. Yang diperlukan ialah menghilangkan makanan dengan gula tambahan dari makanan harian mereka. Dari sudut pandang klinis dan kesehatan, langkah ini sangat penting,” lanjutnya.
Banyak yang meyakini, kalau gula tambahan yang dimasukkan oleh para produsen makanan bukanlah gula alami seperti yang dihasilkan oleh buah, sehingga banyak mengundang perdebatan di antara pemerhati makanan anak.
Ini membuat pemerintah federal Dietary Guidelines Advisory Committee merekomendasikan penduduk Amerika untuk tidak memberikan gula tambahan melebihi 10% dari kalori harian anak-anak.
Dr. Frank Hu dari Harvard TH Chan School of Public Health mengatakan bahwa studi ini memperkuat bukti adanya hubungan antara asupan gula tambahan dengan penyakit metabolik. “Mengurangi konsumsi gula tambahan dapat memiliki beberapa manfaat metabolik,” lanjutnya.
Dr Sonia Caprio, profesor pediatri di Yale Medical School berpendapat, “ini merupakan bahasan yang penting yang mungkin bisa memecahkan beberapa masalah metabolisme pada anak-anak, terutama pada remaja. Penelitian ini perlu ditangani secara serius dan kita perlu memperluasnya lagi.”
Singkatnya, gula tambahan terbukti memiliki risiko pada kesehatan anak. Sehingga Lustig menyarankan pada orang tua, untuk membatasi jumlah makanan dengan kandungan gula tambahan untuk anak-anak mereka, dan menggantinya dengan makanan alami atau buatan sendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.