Bagian yang paling rentan mengalami osteoartritis antara lain lutut, bahu, pinggul, dan juga sendi pada jari-jari. Awam biasanya menyebut penyakit ini dengan pengapuran.
Data WHO menyebutkan, sekitar 151 juta orang di dunia menderita penyakit ini. Di Indonesia sendiri, radang sendi diderita oleh 34,4 juta orang. Penyakit ini umumnya dialami orang berusia di atas 45 tahun.
Spesialis Ortopedi dan Traumatologi dari RS Jakarta, dr. Adrian W. Tarigan, Sp.OT mengemukakan bahwa osteoartritis (OA) berbeda dengan Osteoporosis.
Adrian menjelaskan, OA adalah proses pengapuran sendi dan bersifat seumur hidup, sementara osteoporosis adalah pengeroposan tulang dan bisa di sembuhkan.
"Seseorang yang menderita OA akan mengalami nyeri terus menerus karena OA belum bisa disembuhkan. Pengobatan yang bisa dilakukan hanya untuk memperlambat kerusakan dan mengurangi rasa nyeri" paparnya dalam acara seminar Osteoartritis yang diadakan oleh SOHO Global Health di Jakarta (3/11/15).
Selain nyeri pada persendian, OA juga memiliki gejala berupa rasa kaku pada satu atau beberapa persendian, terutama di pagi hari setelah bangun tidur. Kadang-kadang timbul benjolan pada sendi jari atau sekitar lutut. Deformitas (perubahan bentuk) tulang juga bisa dilihat dari kaki yang tidak bisa lurus saat berdiri.
"Perlu diwaspadai jika persendian menjadi kaku, terutama pada kaki setelah duduk selama 2 sampai 3 jam. Kaki terasa sulit digerakan dan berat" jelasnya.
Kaum wanita memiliki resiko lebih tinggi menderita OA karena faktor gaya hidup, seperi pemakaian sepatu hak tinggi.
Pengobatan untuk kondisi ini umumnya adalah obat antiperadangan untuk mengurangi rasa tidak nyaman dan nyeri. Misalnya suntikan steroid.
Sementara itu jika nyeri tidak terlalu parah bisa dilakukan pengompresan pada bagian yang sakit dan beristirahat.
Menurunkan berat badan juga perlu dilakukan jika orang yang menderita OA ini mengalami obesitas.
Latihan fisik tetap disarankan, terutama untuk menjaga persendian tetap lentur dan untuk membangun kekuatan otot. Latihan tersebut sangat penting untuk mengurangi kekakuan sendi. (Muthia Zulfa)