Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/12/2015, 19:51 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Kecanduan video game adalah masalah yang sangat nyata bagi banyak orang. Menurut University of New Mexico, studi terbaru menunjukkan bahwa enam sampai 15 persen orang yang suka bermain game online, menunjukkan ciri-ciri  kecanduan.

Meski konsekuensi yang ditimbulkan oleh kecanduan ini bisa sangat berbahaya, tanda-tanda dan gejalanya, kadang sulit untuk dikenali.

Kasus kecanduan bermain game sudah memakan banyak korban di berbagai negara. Jika Anda mencari di mesin pencari internet, Anda akan menemukan banyak kisah yang miris.

Misalnya, ada pria Jerman yang sampai membius kekasihnya supaya tidak dilarang berlama-lama main game di internet.

Bahkan di Cina, tepatnya di Provinsi Yangju, ada orangtua yang lebih mementingkan bermain game online ketimbang memberi makan anaknya yang masih bayi.

Setelah 12 jam bermain, mereka menemukan bayi perempuan mereka tewas dehidrasi dan malnutrisi. Orangtua ini telah diamankan oleh polisi setempat.

Kemudian, ada juga seorang pemuda yang tega membunuh ibunya lantaran sang ibu sering menasehati pemuda itu, agar tidak menghabiskan banyak waktu bermain video game. Setelah membunuh ibunya, dengan santai pemuda itu kembali meneruskan permainannya.

Secara garis besar, ada dua jenis permainan game, yaitu yang dimainkan sendiri dan yang dimainkan bersama orang lain. Standar video game umumnya dirancang untuk dimainkan oleh pemain tunggal dan melibatkan tujuan atau misi yang jelas, seperti menyelamatkan seorang putri.

Kecanduan dalam permainan ini sering dikaitkan dengan menyelesaikan misi itu dan mendapat skor tertinggi.

Jenis lain dari kecanduan video game dikaitkan dengan jenis permainan multiplayer online (dimainkan dengan cara bersaing dengan satu atau lebih lawan secara online). Permainan ini sangat bersifat adiktif, karena umumnya tidak memiliki akhir, balas membalas antar pemain bisa berlangsung dalam waktu sangat lama dan kerap melibatkan uang (biasanya dalam bentuk chip yang bisa dibeli melalui internet).

Pelaku permainan ini  membangun hubungan dengan pemain online lainnya sebagai pelarian dari realitas. Bagi beberapa orang, komunitas game online ini, mungkin menjadi tempat di mana mereka merasa mereka yang paling diterima.

 

Penyebab Kecanduan

Banyak penyebab mengapa seseorang bisa  kecanduan video game. Salah satu alasan utamanya adalah bahwa video game memang  dirancang untuk menjadi seperti itu. Desainer video game, seperti orang lain yang mencoba untuk mendapat keuntungan dari ciptaannya, mereka selalu mencari cara untuk mendapatkan lebih dan lebih  banyak lagi dari para pemain.

Faktor lainnya adalah kelemahan mental si pecandu atau tekanan lingkungan seperti yang telah disebutkan di atas.

Banyak pecandu merasa tidak diterima atau kurang dihargai oleh lingkungan nyata, sehingga beralih ke dunia maya dan mereka ingin "kehebatan" mereka diakui.

 

Apa gejalanya?

Seperti kecanduan lainnya, kecanduan video game juga memiliki gejala-gejala khusus. Penting bagi Anda untuk mengenali tanda-tandanya demi menyelamatkan kenalan, keluarga atau bahkan diri Anda sendiri dari kecanduan ini. Menurut Illinois Institute for Addiction Recovery, kecanduan bermain video game memiliki gejala emosi dan fisik.

 

Gejala emosi:

1. Perasaan gelisah dan / atau mudah marah ketika tidak bisa bermain.

2. Pikiran dipenuh sesi permainan yang telah berlalu atau yang akan datang.

3. Berbohong kepada teman atau anggota keluarga tentang jumlah waktu yang dihabiskan untuk bermain.

4. Terisolasi dari orang demi  menghabiskan lebih banyak waktu bermain.

 

Gejala fisik:

1. Kelelahan.

2. Migrain karena konsentrasi intens atau ketegangan mata.

3. Mengalami Carpal Tunnel Syndrome, disingkat CTS. CTS  adalah penyakit di pergelangan tangan karena saraf yang tertekan dan menimbulkan gejala nyeri, mati rasa, dan parestesia (kesemutan atau seperti terbakar). Carpal tunnel syndrome dapat disebabkan oleh terlalu sering menggunakan controller atau mouse (tetikus).

4. Kebersihan pribadi yang buruk.

 

Seperti gangguan kompulsif lainnya, kecanduan video game dapat memiliki konsekuensi negatif yang parah. Meskipun sebagian besar gejala yang tercantum di atas memiliki efek jangka pendek, kecanduan video game juga dapat menyebabkan dampak jangka panjang yang lebih parah jika tidak ditangani dengan benar.

Misalnya, seseorang kecanduan video game sering lupa atau sengaja tidak makan dan tidur demi melanjutkan permainan.

Efek jangka pendeknya, mungkin pelaku hanya merasa kelaparan atau lelah. Tapi jika ini terjadi terus-menerus, masalah kesehatan lain yang lebih serius akan muncul.

Demikian pula, orang-orang yang mengisolasi diri dari orang lain untuk bermain video game bisa saja jadi kehilangan teman dan menjauh dari keluarga.

Efek jangka panjang lainnya adalah konsekuensi keuangan, akademik dan pekerjaan yang terbengkalai.

Video game dan peralatannya, jika dikejar terus-menerus, bisa  sangat mahal. Belum lagi ada biaya koneksi internet kecepatan tinggi yang diperlukan untuk game multiplayer online.

Permainan ini juga bisa sangat memakan waktu, membuat pecandunya hanya memiliki sedikit waktu untuk fokus pada pendidikan atau karir mereka.

 

Apakah ada tes medis yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang sudah masuk kategori pecandu atau belum?

Tes yang paling efektif adalah tes mandiri, dengan  memeriksa daftar gejala di atas. Jika Anda menemukan diri  Anda atau seseorang yang Anda kenal, mengalami beberapa gejala yang disebut di atas, itulah saat yang tepat untuk segera berusaha mengurangi waktu bermain video game.  Jika Anda tidak dapat melakukannya sendiri, pasti psikolog atau psikiater bisa membantu Anda.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau