Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Pilih Jenis Makanan yang Memicu Kegemukan

Kompas.com - 11/01/2016, 13:16 WIB
KOMPAS.com - Mengurangi asupan kalori tidak selalu berhasil membuat kita menurunkan berat badan. Menurut seorang pakar, yang lebih efektif adalah memilih jenis makanan yang tepat.

Menurut David Ludwig, pakar obesitas dan profesor bidang nutrisi dari Harvard T.H Chan School of Public Health, kenaikan berat badan dimulai saat seseorang memilih makanan yang keliru.

Jenis makanan yang salah itu akan mengacaukan hormon dan menyebabkan siklus craving (selalu lapar dan ingin ngemil).

Dalam buku terbarunya "Always Hungry?", ia berargumen bahwa penyebab utama epidemi obesitas bukanlah kelebihan kalori, tapi kelebihan makanan tinggi glikemiks seperti gula, karbohidrat yang diolah, dan biji-bijian yang disosoh.

"Pola makan rendah lemak dan tinggi karbohidrat akan meningkatkan level hormon insulin dan memprogram sel lemak berlebihan menyimpan kalori. Insulin adalah pupuk bagi sel lemak," kata Ludwig.

Cara paling efektif untuk menurunkan kadar insulin adalah dengan mengurangi asupan karbohidrat yang diproses dan menyeimbangkan protein dan lemak.

Ludwig mengatakan, pola makan tinggi lemak adalah cara tercepat mengubah metabolisme. "Jika kadar insulin rendah, maka sel lemak menjadi tenang dan kita terbebas dari siklus lapar, ingin ngemil, dan makan berlebihan," katanya.

Ia juga memperkenalkan program penurunan berat badan yang memiliki tiga fase. Fase pertama adalah menghindari karbohidrat yang diproses, gula tambahan dan produk padi-padian selama dua minggu.

"Karbohidrat yang diasup haruslah dalam bentuk sayuran nontepung, buah, dan kacang-kacangan. Setelah dua minggu, kita mulai lagi mengonsumsi padi-padian utuh, kentang, kecuali kentang putih, dan sedikit gula tambahan. Lakukan ini sampai berat badan turun," katanya.

Penurunan berat badan itu bisa dicapai dalam beberapa minggu atau berbulan-bulan pada orang yang berat badannya sangat berlebih.

Program dietnya juga tidak melarang asupan lemak jenuh. Menurutnya saat kita mengurangi karbohidrat yang diproses dan level insulin turun, maka lemak jenuh yang kita asup lebih cepat dibakar.

"Berhentilah memikirkan apakah lemak jenuh baik atau buruk. Program diet ini berdasarkan makanan alami utuh, termasuk lemak jenuh. Tapi harus seimbang antara lemak jenuh dan tidak jenuh seperti kacang-kacangan, alpukat, minyak zaitun," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau