Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/01/2016, 20:09 WIB

KOMPAS.com - Zika virus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk Aedes, yaitu nyamuk yang sama yang juga menyebarkan penyakit demam berdarah dan chikungunya, diduga menjadi penyebab meningkatnya cacat otak pada bayi baru lahir di Brasil dan beberapa wilayah lainnya.

Sejak akhir tahun lalu, mikrosefali seakan menjadi wabah di Brasil. Sekitar tiga juta bayi lahir setiap tahunnya di Brasil dan umumnya hanya 150 kasus bayi lahir dengan mikrosefali yang dilaporkan. Sedangkan saat ini, Brasil sedang menyelidiki hampir 4000 kasus bayi lahir dengan mikrosefali.

The World Health Organisation (WHO) juga telah mengonfirmasi adanya kaitan yang masuk akal antara zika virus saat masa kehamilan dengan mikrosefali, kondisi di mana bayi lahir dengan kepala lebih kecil dan perkembangan otak yang tidak normal.

Meski begitu, para ilmuwan belum menemukan secara pasti bagaimana zika virus dapat menyebabkan mikrosefali. Masih ada kemungkinan, bahwa ada berbagai faktor lain yang menjadi penyebabnya, seperti infeksi simultan dengan virus lain yang berkontribusi meningkatkan kemungkinan terjadinya mikrosefali.

Para peneliti masih berusaha menemukan apakah zika virus menjadi penyebab utama, meski saat ini hal tersebut menjadi dugaan kuat.

Hasil penelitian lain menunjukkan, tidak semua wanita hamil yang terinfeksi zika melahirkan bayi dengan kondisi mikrosefali. Hingga saat ini, para peneliti masih mempelajari apa yang menyebabkan sebagian bayi lahir dengan mikrosefali dan sebagian lainnya tidak.

Selain itu, para ilmuwan juga belum mengetahui secara pasti pada tahap mana kehamilan dengan zika virus paling berbahaya bagi janin.

Tapi, mereka memperkirakan, bahwa trimester pertama kehamilan adalah masa-masa kritis, karena pada masa itu kebanyakan organ-organ utama janin sedang tumbuh dengan pesat.

Pemeriksaan kehamilan secara rutin sangat dianjurkan bagi para ibu hamil untuk mengetahui kondisi perkembangan janinnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com