Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/02/2016, 12:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

Sri Lanka bisa menjadi donor utama kornea berkat jasa Silva. Ia pertama kali menyerukan pentingnya donor mata saat masih menjadi mahasiswa di tahun 1958. Dalam sebuah artikel di koran, ia mendorong warga Sri Lanka untuk "memberi hidup pada mata yang mati."

Tahun berikutnya ia sudah menerima satu kornea dan menyimpannya di kulkas pribadinya, bercampur dengan telur dan mentega.

Lalu saat ibunya meninggal di tahun 1960, kornea matanya didonorkan pada seorang petani miskin yang buta. Berkat donasi itu penglihatan si petani bisa dipulihkan. Saat itu Silva menerima simpati yang besar di negerinya.

Para biksu Budha juga berperan besar dalam mendorong donasi dan mengajarkan orang untuk melihat pemberian itu sebagai "dana" yang akan membantu mereka saat reinkarnasi.

Negara penerima

Di negara-negara Muslim ada larangan untuk merusak tubuh manusia, sebelum dan setelah kematian.  Itu sebabnya mendonorkan organ tak terlalu populer. Karena itulah Pakistan dan Mesir menjadi penerima utama kornea dari Sri Lanka.

Malaysia, Nigeria, dan Sudan juga berada dalam daftar 50 negara yang menjadi tempat tujuan ekspor kornea tersebut.

Kornea merupakan jaringan yang paling mudah dicangkokkan karena tidak diperlukan kesesuaian antara donor dan penerima. Kornea juga tidak membutuhkan darah dan mengambil oksigen langsung dari udara.

Kornea juga dapat diambil dari orang tua dan bisa dicangkokkan ke mata anak kecil. Jika donor berusia lebih dari 80 tahun memang ada kemungkinan kornea tidak cocok, tapi ada laporan yang menyebut biksu berusia 86 tahun memberikan korneanya ke bocah berusia 9 tahun di Yordania.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com