Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terapi Bekam Sampai Merkuri, Cara Kuno Melawan Bakteri

Kompas.com - 10/02/2016, 12:16 WIB
Bahan herbal

Selama berabad-abad, berbagai obat herbal telah digunakan untuk mengobati infeksi. Sayangnya hanya sedikit yang telah dievaluasi kemanjurannya dalam uji klinis terkontrol.

Beberapa obat herbal yang terkenal adalah kina yang digunakan untuk mengobati malaria. Obat ini berasal dari kulit pohon cinchona yang tumbuh di Amerika Selatan. Obat kini yang kita gunakan saat ini merupakan bentuk sintetisnya.

Sebelum ada bentuk sintetisnya, kulit kina dikonsumsi dengan cara dikeringkan, ditumbuk menjadi bubuk dan dicampur dengan air kemudian diminum.

Penggunaan kulit pohon cinchona untuk mengatasi demam mulai dipopulerkan oleh para misionaris Jesuit di tahun 1600-an.

Selain kina, artemisinin yang disintetis dari tanaman Artemisia annua juga dikenal dalam pengobatan malaria.

Ilmuwan dari China, Dr.Tu Youyou dan timnya meneliti ekstrak Artemisia annua sebagai bahan yang efektif menghambat replikasi parasit malaria pada hewan. Atas penemuannya ini Youyou diganjar hadiah Nobel pada tahun 2015.

Madu juga sejak lama dipakai untuk menyembuhkan luka. Kandungan gula yang tinggi dalam madu dapat membuat sel bakteri dehidrasi yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan penyebaran bakteri.

Madu yang paling ampuh adalah madu Manuka yang berasal dari bunga semak teh yang memiliki sifat antibakteri tambahan.

Melawan kekebalan antimikroba

Meskipun beberapa pengobatan kuno tersebut cukup efektif dan masih digunakan sampai sekarang, secara keseluruhan mereka masih kalah baiknya dari pengobatan antimikroba modern guna mengobati infeksi.

Sayangnya, karena penggunaan secara berlebihan dan penyalahgunaan, antibiotik menjadi kurang efektif lagi melawan bakteri.

Setiap tahun di Amerika Serikat, setidaknya ada dua juta orang terinfeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik dan setidaknya 23 ribu orang meninggal akibat infeksi tersebut.

Resistensi bukan hanya membuat pengobatan menjadi sulit, namun juga meningkatnya risiko infeksi sampingan dari mikororganisme lain, termasuk jamur, virus, dan parasit.

Para peneliti sedang mencari obat-obatan baru yang lebih kuat terhadap infeksi tersebut. Namun kita juga dapat melakukan banyak hal untuk mencegah kondisi ini memburuk.

Selain hanya menggunakan antibiotik jika diperlukan saja, yakni terkena penyakit akibat bakteri, kita juga bisa menghindari infeksi.

Selalu mencuci tangan dengan sabun, melakukan imunisasi, atau pun mengolah makanan secara higienis, merupakan cara-cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah kontaminasi bakteri. (Gibran Linggau)


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau