JAKARTA, KOMPAS.com -Disfungsi ereksi merupakan ketidakmampuan pria untuk mencapai, maupun mempertahankan ereksi ketika berhubungan seksual. Dokter spesialis urologi dari Rumah Sakit Premier Bintaro, Nouval mengungkapkan, disfungsi ereksi dibagi menjadi dua, yaitu organik dan psikogenik. Apa bedanya?
Nouval menjelaskan, disfungsi ereksi organik disebabkan oleh adanya gangguan penyakit pada saraf hingga hormonal.
"Disfungsi ereksi organik bisa disebabkan karena ada gangguan arteri, hipertensi, diabetes, hiperlipidemia atau kolesterol tinggi, dan pada orang yang pernah operasi prostat," terang Nouval di Jakarta, Selasa (23/2/2016).
Penyakit tersebut berkaitan dengan terganggunya pembuluh darah, termasuk pembuluh darah di penis. Kekurangan hormon testoteron dan peningkatan hormon prolaktin juga dapat menyebabkan ereksi yang keras sulit dicapai.
Disfungsi ereksi organik terjadi secara perlahan yang lama-kelamaan dapat merusak jaringan erektil di penis. Sementara itu, disfungsi ereksi psikogenik disebabkan oleh faktor psikis dan emosional seseorang.
Tipe disfungsi ereksi ini tidak permanen dan jaringan erektil tetap sehat karena hanya terjadi pada saat-saat tertentu, misalnya depresi, stres, dan kurang percaya diri.
"Misalnya seorang pria baru dipecat dari kerjaannya, mood jelek, dia akan sulit ereksi saat berhubungan karena pikirannya kacau," ujar Nouval.
Menurut Nouval, kebanyakan kasus disfungsi ereksi yang ditemukan adalah gabungan antara organik dan psikogenik. Kedua tipe disfungsi ereksi ini harus diketahui terlebih dahulu untuk mendapat pengobatan yang tepat.
"Kebanyakan disfungsi ereksi enggak murni organik, biasanya juga psikogenik. Awalnya dia disfungsi organik, tetapi hal itu membuat tidak percaya diri. Akhirnya malah memperburuk disfungsi ereksi," jelas Nouval.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.