KOMPAS.com - Tren pamer foto di media sosial membuat banyak orang ingin selalu tampil menarik. Selain memanfaatkan aplikasi untuk mengedit foto, tak sedikit orang yang melakukan operasi plastik demi menyempurnakan penampilannya.
Peningkatan permintaan operasi plastik tersebut juga dirasakan oleh dr.Danu Mahandaru, Sp.BP-RE. Dokter spesialis bedah plastik dari RS.Pondok Indah Jakarta ini mengatakan, saat ini orang tak takut lagi melakukan tindakan estetik untuk penampilannya.
"Ada pasien saya yang sampai mengalokasikan dana khusus untuk operasi plastik, bahkan ada juga yang menggadaikan motornya," kata dr.Danu.
Tindakan bedah plastik yang banyak diminati antara lain memancungkan hidung, menarik wajah yang mulai berkerut, membesarkan payudara, hingga menghilangkan garis kerutan.
Meski hampir semua kekurangan penampilan saat ini bisa dikoreksi, namun menurut dr.Danu tak semua permintaan pasien bisa dipenuhi.
"Banyak juga yang permintaannya enggak realistik, misalnya ingin kaya artis tertentu, atau ingin hidungnya mancung banget padahal batang hidungnya pendek. Hal yang seperti ini kalau dipaksakan hasilnya tak akan bagus," ujarnya.
Keterbukaan informasi menurut dia juga berpengaruh pada tren bedah plastik. "Dulu memang bedah plastik ditakuti, ini karena banyak prosedur dilakukan dokter yang tidak punya kompetensi melakukan bedah plastik. Selain hasilnya kurang bagus, bisa juga menyebabkan komplikasi dan infeksi," katanya.
Oleh karena itu, berhati-hatilah memilih dokter bedah plastik. "Jangan pilih dokter umum yang hanya ikut kursus estetika saja. Pasien bisa mengecek sertifikasi dan kompetensi dokter di situs www.perapisurgeon.org," katanya.
Jika takut dengan pisau bedah, saat ini juga tersedia prosedur nonbedah, seperti injeksi "filler" untuk mengisi bagian tubuh yang volumenya berkurang atau pun transfer lemak.
Metode transfer lemak bisa dipakai untuk mengusir lemak yang mulai menggelambir, sekaligus mengisi area tubuh yang mulai kendur dengan lemak tersebut.
"Transfer lemak bisa dikombinasikan dengan liposuction. Nantinya lemak yang dipakai adalah lemak di bawah kulit yang hidup sehingga bisa menempel dengan baik, hasilnya juga lebih permanen," ujarnya.
Meski teknologi sudah semakin canggih, menurut dr.Daru sebaiknya kita tidak menetapkan ekspektasi terlalu tinggi. "Kalau dari hasil diskusi keinginan kita tidak bisa diwujudkan oleh dokter, lebih baik tunda tindakannya," sarannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.