Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/08/2016, 15:15 WIB
Ayunda Pininta

Penulis

Sumber SELF

KOMPAS.com - Jika Anda sering menunggu teman atau anggota keluarga lain untuk menghabiskan makanannya, setidaknya 15 menit setelah Anda menikmati gigitan terakhir Anda, tandanya Anda termasuk pemakan cepat.

Terbiasa bergerak cepat karena merasa tak punya banyak waktu, mungkin menjadi alasan Anda menjadi pemakan cepat. Sayangnya, cara makan ini bukanlah pilihan tepat bila ingin hidup sehat.

"Makan secara perlahan telah direkomendasikan hampir semua ahli gizi selama bertahun-tahun dan ada alasan baik di balik saran itu," kata Amanda Foti, M.S., R.D., seorang ahli gizi senior di Selvera Weight Management Program.

Ia melanjutkan, makan yang terlalu cepat dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang serius, seperti gangguan pencernaan dan bahkan refluks asam.

Mengapa? Sebab pemakan cepat cenderung mengambil gigitan besar dan menelan cepat. Sehingga, makanan tidak diolah sempurna dalam mulut dan tidak ada kesempatan bagi air liur dan enzim untuk melumasi dan memecah makanan menjadi partikel yang lebih kecil sebelum memasuki perut.

Makan cepat juga meningkatkan jumlah udara yang tertelan, yang dapat menyebabkan peningkatan gas dan rasa kembung.

Masalah besar lainnya dari makan terlalu cepat ialah membuat Anda makan lebih banyak. Tubuh membutuhkan waktu untuk mengirimkan sinyal kenyang ke otak, setelah makanan masuk ke saluran cerna.

Bila makanan terlalu cepat masuk, sinyal kenyang seakan jauh tertinggal, sehingga bisa jadi Anda belum merasa kenyang walau 1 porsi menu sudah dilahap habis.

Hasilnya, Anda bisa mengambil makanan lain, namun setelahnya, perut seakan ingin “meledak” karena kekenyangan.

Beberapa studi juga telah menemukan hubungan antara makan cepat dan peningkatan risiko obesitas dan diabetes tipe 2. Sebaliknya, mereka yang makan lebih lambat, cenderung mengonsumsi kalori lebih sedikit dan merasa kenyang lebih lama.

Foti menyarankan, gunakan indra Anda untuk dapat makan secara perlahan. Fokuslah di setiap gigitan, mulai dari aroma, suara, dan rasa. "Makan harus menjadi proses yang menyenangkan," katanya.

"Fokus pada makanan memaksa Anda untuk berhati-hati selama proses tersebut, yang memungkinkan Anda memperlambat dan benar-benar menikmati makanan Anda."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau