Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Dia, Sayur dan Buah Paling Banyak Residu Pestisida

Kompas.com - 09/03/2017, 16:26 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

Sumber time.com

KOMPAS.com - Sekarang mungkin Anda bakal berhati-hati saat belanja stroberi atau bayam. Laporan baru dari Environmental Working Group (EWG) menyebutkan sayur dan buah itu termasuk yang paling terkontaminasi sisa pestisida sintetis.

Penemuan itu merupakan bagian dari daftar "Dirty Dozen" dan "Clean Fifteen" 2017, daftar makanan paling banyak dan paling sedikit terkena pestisida.

Untuk mendapatkan ranking tersebut, tes analisa EWG dilakukan oleh Departemen Pertanian AS terhadap lebih dari 36 ribu sampel dari 48 jenis produk yang ditanam secara konvensional.

"Bahkan paparan pestisida dalam kadar rendah dapat berbahaya untuk balita, bayi dan anak kecil. Sebisa mungkin, orang tua harus mengambil langkah mengurangi paparannya sementara masih memberi makan anak diet yang sehat dan kaya akan sayur dan buah," kata Dr. Philip Landrigan dari Mt Sinai School of Medicine dalam sebuah pernyataan.

Dalam dua tahun berturut-turut, EWG menemukan bahwa stroberi termasuk buah yang paling terkontaminasi. Tahun lalu buah stroberi mengalahkan apel yang menyandang paling terkontaminasi selama lima tahun berada di posisi puncak.

Residu pestisida meningkat pada stroberi karena banyaknya permintaan buah di luar musimnya. Tahun ini stoberi yang paling terkontaminasi memiliki jejak 20 jenis pestisida berbeda.

Juga yang naik ke daftar tahun ini adalah bayam dan buah nectarine. Bayam naik dari posisi kedelapan menjadi kedua.

Departemen Pertanian AS menemukan sampel bayam terkontaminasi lebih banyak residu dengan berat lebih dari produk lain yang diuji. Sekitar 75 persen sampel mengandung residu permethrin, insektisida yang digunakan untuk membunuh serangga dan nyamuk. Dalam dosis tinggi pestisida itu dapat merusak sistem saraf.

Lantas produk apakah yang ditanam konvensional aman untuk dibeli? Jagung manis, menurut EWG. Hanya satu persen sampel baik jagung manis dan alpukat (yang tahun lalu ada di posisi atas) mengandung pestisida yang terlacak.

Kendati kita aman dari sisa pestisida karena kulit buah yang melindungi, EWG juga memperingatkan bahwa sedikit jagung manis dan juga pepaya diproduksi dari benih yang dimodifikasi secara genetis.

Kritik

Daftar EWG yang dimulai pada 1993 mendapatkan reputasi dari banyak dokter dan organisasi kesehatan, termasuk perkumpulan dokter anak di AS, American Academy of Pediatrics. Namun daftar itu mendapatkan kritik karena memfokuskan diri pada jumlah pestisida, bukan toksisitas.

Menurut Sonya Lunder, analis senior EWG, grup tersebut sudah mengulas hasil panen seperti cabai tahun ini sebagai "Dirty Dozen Plus". Pilihan poduk-produk ini tidak memenuhi standar tradisional tetapi ditemukan mengandung residu pestisida yang sangat beracun.

Sebagai tambahan, beberapa kritikus menunjukkan bahwa kadar residu pestisida yang ditemukan dalam makanan di daftar itu kendati lebih tinggi dibandingkan sayur dan buah lain secara umum masih di bawah level toleransi EPA (Environmental Protection Agency).

Namun EWG tetap teguh pada daftar mereka dan memperingatkan konsumen untuk memperhatikan jejak pestisida sintetis. Lunder mengatakan kepada media sebelumnya bahwa EPA memiliki "toleransi yang dicabut" atau batas legal berubah atau melarang insektisida tertentu yang sebelumnya dipikir aman setelah pengukuran risiko yang diperbaiki.

Misalnya, tahun lalu toleransi terhadap Chlorpyrifos, pestisida yang pernah dideteksi ada pada sayur dan buah dicabut setelah tak lagi memenuhi standar keamanan EPA.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com