Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi 40 Hari Meninggal Tersedak Pisang, Kenali Fase Pemberian MPASI

Kompas.com - 10/12/2019, 20:00 WIB
Mahardini Nur Afifah,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus meninggalnya seorang bayi berusia 40 hari karena tersedak pisang saat disuapi ibu kandungnya di Kedoya, Jakarta, Minggu (8/12/2019), menjadi perhatian publik.

Diberitakan Kompas.com (9/12/2019), sebelum disuapi pisang, kondisi bayi pasangan AH-YH tersebut dalam keadaan sehat.

Namun begitu mendapat asupan seujung sendok teh pisang, sang bayi tersedak dan nyawanya tak tertolong.

Baca juga: Fakta Kematian Bayi 40 Hari karena Tersedak Potongan Kecil Pisang

Baru boleh diberi makanan padat usia 6 bulan

Memberikan makanan padat kepada bayi tidak bisa sembarangan. Merujuk buku Makanan Terbaik untuk Tumbuh Kembang Bayi Usia 6-12 Bulan Lebih (2019) oleh Ambarini & Dr. Yekti Hartati Effendi, makanan padat biasanya diberikan setelah bayi berusia enam bulan.

Hal senada disampaikan buku 365 Hari MP-ASI Plus: Makanan Pendamping ASI untuk Anak Usia 6-18 Bulan (2016) oleh Lies Setyarini dan Diana Damayanti.

Sebelum diberi asupan makanan padat, bayi nol sampai enam bulan disarankan hanya diberi air susu ibu (ASI). Zat penting dalam ASI penting untuk pertumbuhan jaringan otak, membangun sistem kekebalan tubuh, serta mengurangi alergi pada bayi.

Bila produksi ASI bermasalah atau bayi mengalami kendala saat minum ASI, orangtua bisa menggantinya dengan susu formula sesuai rekomendasi dokter.

Baca juga: Yang Harus Diketahui tentang Pemberian MPASI

Kasus ibu memberi makanan padat pada bayi kurang dari enam bulan tidak hanya terjadi di Kedoya, Jakarta.

Melansir Cleveland Clinic (25/3/2013), banyak ibu-ibu yang nekat memberikan makanan padat pada bayi di bawah enam bulan. 

Padahal, ada alasan penting mengapa bayi baru bisa diberi makanan padat setelah usia enam bulan.

Makanan padat kandungan gizinya tidak sebanding dengan ASI atau susu formula. 

Saat diberikan lebih awal, makanan padat berpotensi mengurangi nutrisi dan menambah kalori lebih tinggi pada tubuh bayi. Sehingga bayi berpotensi mengalami obesitas. 

Ketika belum genap enam bulan, saluran pencernaan bayi belum cukup berkembang. Termasuk belum mampu menelan makanan padat sehingga bayi rawan tersedak. 

Risiko lain memberikan makanan padat pada bayi sebelum enam bulan adalah timbulnya reaksi alergi.

Alasan-alasan tersebut membuat pemberian makanan padat, seperti pisang, tidak disarankan pada bayi di bawah usia 6 bulan. Lalu, bagaimana sebenarnya tahapan memberikan makanan padat pada bayi?

Tahapan memberikan makanan padat pada bayi

Setelah kebutuhan gizi bayi meningkat sesuai fase tumbuh kembangnya saat menginjak usia enam bulan, bayi baru diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MPASI).

Tujuannya untuk mengenal rasa.

Memberikan makanan padat pada bayi juga perlu perkenalan. Bisa dimulai dengan memberikan makanan yang sangat lembut, tidak asam, tidak terlalu manis, tidak terlalu banyak serat, dan dicampur ASI atau susu formula yang biasa dikonsumsi bayi.

Merangkum dari imbauan UNICEF, bayi yang berusia 6 hingga 8 bulan dapat diberi makanan apa pun kecuali madu. Madu baru boleh diberikan pada bayi yang telah menginjak umur 1 tahun atau lebih.

Dengan kata lain, makanan jenis apa pun termasuk daging sudah bisa diberikan pada bayi berumur mulai dari 6 bulan. Hanya saja, perbedaannya terlihat pada tekstur makanan yang diberikan seiring bertambah usia bayi tersebut.

Berikut langkah-langkahnya:

  • Fase pertama

Minggu pertama, kenalkan bayi dengan buah-buahan seperti pisang yang dilumatkan atau apel dan pir yang dikukus. Lalu tambahkan sedikit "pengental" yakni baby rice cereal. Mulai dengan tekstur ekstra lembut.

  • Fase kedua

Mulai minggu kedua atau ketiga, baru kenalkan bayi dengan jenis makanan padat lainnya seperti ubi kukus yang dilumatkan, aneka sayuran dan olahan tepung beras merah. Teksturnya masih lembut.

  • Fase ketiga

Menginjak minggu keempat, kenalkan bayi dengan makanan yang lebih bervariasi untuk melihat reaksi alergi. Ketika terpantau ada reaksi alergi, ganti dengan bahan makanan lain. Teksturnya bisa sedikit kasar.

  • Fase keempat

Setelah bulan kedelapan, tekstur makanan bayi mulai lebih kasar. Imbauan UNICEF menuliskan, tekstur makanan pada bayi berusia 9 hingga 12 bulan adalah dicincang atau dicacah, dipotong kecil, dan diiris-iris.

Paling penting, Anda harus memperhatikan dengan saksama bagaimana respons bayi terhadap makanan yang dikonsumsinya dalam fase ini.

Pada fase ini, bayi dapat lebih banyak diberikan protein hewani atau nabati. Bisa dimulai dengan memberi daging ayam, hati ayam, daging sapi, atau tahu yang sudah dicacah.

Anda juga bisa memberikan keju rendah garam yang tidak terlalu asin.

Tapi perhatikan, beberapa jenis keju seperti chamembert, blue cheese, dan fetah tidak direkomendasikan karena rentan menimbulkan reaksi alergi.

Jika ingin memberikan keju yang jenis bahan susunya tidak dipasteurisasi seperti contoh di atas, tunggu sampai bayi berumur satu tahun dan imunitasnya sudah lebih baik. 

  • Fase kelima

Setelah bayi menginjak usia 10-18 bulan, bayi bisa mulai diperkenalkan dengan rasa yang lebih menonjol. Protein hidangan laut seperti ikan, udang, dan hidangan laut segar lainnya bisa menjadi pilihan.

Bayi juga bisa diberi buah dengan rasa yang lebih menonjol seperti stroberi atau jeruk. Pada fase ini bayi diharapkan sudah lancar belajar mencerna makanan padat pendamping ASI (MPASI).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Hengki Kawilarang Meninggal Dunia: Sempat Alami Gangguan Ginjal, Kenali Gejalanya Berikut
Hengki Kawilarang Meninggal Dunia: Sempat Alami Gangguan Ginjal, Kenali Gejalanya Berikut
Health
Hengki Kawilarang Meninggal: Sempat Alami Gangguan Ginjal, Kenali Penyebabnya Berikut
Hengki Kawilarang Meninggal: Sempat Alami Gangguan Ginjal, Kenali Penyebabnya Berikut
Health
Hengki Kawilarang Meninggal Setelah Alami Diabetes dan Cuci Darah, Kenali Penyakit Ini
Hengki Kawilarang Meninggal Setelah Alami Diabetes dan Cuci Darah, Kenali Penyakit Ini
Health
Adam Suseno Alami Pendarahan Hebat akibat Luka Robek, Jalani Operasi Besar
Adam Suseno Alami Pendarahan Hebat akibat Luka Robek, Jalani Operasi Besar
Health
Hengki Kawilarang Meninggal Pada Usia 47 Tahun karena Sakit Apa? Ini Penjelasannya...
Hengki Kawilarang Meninggal Pada Usia 47 Tahun karena Sakit Apa? Ini Penjelasannya...
Health
Hengki Kawilarang Meninggal, Ini Penjelasan Medis Soal Prosedur Cuci Darah
Hengki Kawilarang Meninggal, Ini Penjelasan Medis Soal Prosedur Cuci Darah
Health
Kasus Virus Hanta Telah Terdeteksi di 4 Provinsi, Waspadai Ini Cara Penularannya…
Kasus Virus Hanta Telah Terdeteksi di 4 Provinsi, Waspadai Ini Cara Penularannya…
Health
Sering Pakai Headset? Kenali Gejala Gangguan Pendengaran Sejak Dini Sebelum Terlambat
Sering Pakai Headset? Kenali Gejala Gangguan Pendengaran Sejak Dini Sebelum Terlambat
Health
Studi: Tes Darah Ini Bisa Deteksi Kanker Tiga Tahun Sebelum Diagnosis
Studi: Tes Darah Ini Bisa Deteksi Kanker Tiga Tahun Sebelum Diagnosis
Health
Dokter Bagikan Cara Menghindari Kerusakan Pendengaran Permanen Karena Pakai Headset
Dokter Bagikan Cara Menghindari Kerusakan Pendengaran Permanen Karena Pakai Headset
Health
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Health
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Health
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
Health
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Health
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau