Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Penderitanya Naik, Ini yang Perlu Diketahu Tentang Sifilis

Kompas.com - 19/12/2019, 20:33 WIB
Irawan Sapto Adhi,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Luka pada pria sering dijumpai pada bagian glans penis, batang penis. Sedangkan pada wanita, sering dijumpai pada bibir vagina.

Luka ini biasanya tidak menimbulkan gejala apapun seperti nyeri, panas atau pedih. Oleh karena itu, biasanya dianggap ringan oleh pasien.

Luka tersebut juga bisa sembuh sendiri, menutup sendiri.

Pada stadium primer ini dituntut pengetahuan yang memadai dan kejelian pada dokter. Pasalnya, pemeriksaan darah belum banyak membantu proses diagnosis.

Pras menerangkan, pemeriksaan yang direkomendasikan adalah pemeriksan secret yang ditemukan pada luka dengan menggunakan alat mikroskop khusus bernama mikroskop medan gelap.

Tidak semua rumah sakit atau laboratorium klinik memiliki alat ini.

Oleh karena keterbatasan ini dan asimptomatik atau ketidaksadaran akan gejala yang muncul, seringkali pasien akan jatuh pada sifilis sekunder.

Baca juga: Kenali Gejala Infeksi Sifilis yang Sedang Melonjak di Jepang

Pada tahap sekunder, gejala dan manifestasi klinik penyaki sifilis menjadi nyata. Pemeriksaan penunjang yang sangat membantu dalam menegakkan diagnosis sifilis adalah pemeriksaan serologic test for syphilis.

Pada pemeriksaan ini, ada 2 macam pemeriksaan yang dipakai.

Pertama, menggunakan antigen non treponema, yaitu rapid plasma reagin (RPR) dan venereal disease research laboratory (VDRL).

Kelebihan pemeriksaan ini memiliki sensitivitas tinggi namun keakuratan dan relibialitasnya agak kurang.

Tes ini biasanya digunakan untuk pemeriksaan secara rutin dan massal serta untuk menilai keberhasilan pengobatan.

Kedua, tes yang memiliki sensitivitas tinggi dan keakuratan serta relibialitas tinggi adalah pemeriksaan Treponema Pallidum Haemagglutination Assay (TPHA) dengan menggunakan antigen treponemal. Kedua pemeriksaan ini menggunakan serum darah pasien.

Berhubungan erat dengan HIV/AIDS

Pras meyakini, peningkatan prevalensi sifilis di berbagai daerah di Indonesia dan bahkan di berbagai belahan dunia karena dipicu oleh peningkatan reaktivitas HIV/AIDS.

Penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia itu menjadi trigger factor peningkatan sifilis.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau