Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Penderitanya Naik, Ini yang Perlu Diketahu Tentang Sifilis

Kompas.com - 19/12/2019, 20:33 WIB
Irawan Sapto Adhi,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Hal ini apalagi makin diperngaruhi oleh meningkatnya perubahan perilaku seksual di berbagai komunitas.

Baca juga: Infeksi Sifilis Melonjak Tajam di Jepang, Ada Apa?

Ketua Kelompok Studi Herpes Indonesia tersebut menambahkan kini pasien-pasien yang diduga mengidap sifilis otomatis akan diperiksa juga HIV-nya.

Begitu juga sebaliknya, pasien dengan HIV reaktif, akan dilakukan pemeriksaan serologic sifilis.

Bahkan dalam upaya mencapai Universal Health Coverage, pemerintah telah memperkenalkan program eliminasi terhadap ibu hamil berupa zero syphilis, zero HIV/AIDS dan zero hepatitis B.

Penelitian terkait

Pras menceritakan, pada Oktober 2019 lalu telah diadakan forum International Conference on Public Health (ICPH) di Best Western Hotel Solo Baru Sukoharjo.

Dalam kesempatan itu, ia memaparkan penelitian mahasiswanya tentang Profil Infeksi Menular Seksual pada Kelompok Homoseksual dan Transgender.

Penelitian karya dr. Ancella Soenardi dan kawan-kawan itu memaparkan insidensi yang tinggi infeksi menular seksual dan HIV pada kelompok berisiko, yaitu kelompok homoseksual dan transgender.

Dari 190 individu berisiko yang diteliti, didapatkan adanya 158 homoseksual dan 32 transgenders.

Baca juga: Lewat Lidah, Intip Penyakit Alergi hingga Sifilis

Dari jumlah itu, sekitar 65 orang (34,2 persen) diketahui HIV reaktif and 67 pasien (35,3 persen) positif infeksi menular seksual, meliputi 39 pasien dengan sifilis (20,5 persen), kutil kelamin 26 pasien (13,7 persen), gonorrhoea 1 pasien (0,5 persen), non-specific proctitis 14 pasien (7,4 persen).

“Kita sudah maklum bahwa transmisi sifilis adalah kontak seksual dengan penderita yang terpapar kuman Treponema pallidum pada stadium menular, baik stadium primer, stadium sekunder maupun stadium laten dini,” kata Pras.

Dia menjelaskan luka pada sifilis primer merupakan pintu masuk virus HIV.

Begitu juga sebaliknya, pada penderita dengan HIV reaktif yang mengalami kekebalan tubuh individu menurun drastis, menjadi media yang ideal untuk penularan sifilis.

Oleh karena itu sifilis mudah ditemukan pada komunitas-komunitas berisiko seperti kaum homoseksual, transgender, dan seksual multipartner.

Dengan deteksi awal pada individu-individu yang dicurigai, pengobatan yang memadai tentu akan dapat menurunkan prevalensi sifilis.

“Sampai saat ini first line therapy untuk sifilis adalah Penisilin, terutama Benzatin Penisilin dan Penisilin Procain. Meskipun pengobatan lini kedua dan ketiga macamnya cukup banyak, angka keberhasilan terapi dengan Penisilin cukup tinggi,” ujar Pras.

Di sisi lain, lanjut dia, edukasi dan pendampingan pada pasien-pasien dengan infeksi menular seksual dan HIV sangat perlu dilakukan sebagai upaya eliminasi HIV/AIDS pada tahun 2030.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau