Publik yang minim edukasi mengenal alasan pembatasan penggunaan antibiotik pun jamak menggunakan obat ini untuk mengobati penyakit umum seperti influenza.
Padahal, antibiotik hanya ditujukan untuk mengatasi infeksi bakteri. Sedangkan influenza disebabkan virus.
Baca juga: Kebal Antibiotik, Bakteri Super Bakal Bunuh Jutaan Manusia pada 2050
Saat orang terlalu sering keliru membasmi virus dengan obat untuk melawan infeksi bakteri, bakteri baik di dalam tubuh ikut dibasmi. Sehingga keseimbangan tubuh terganggu.
Selain itu, paparan antibiotik minim kontrol juga membuat bakteri berevolusi dan bermutasi.
Akibatnya, bakteri jadi kian jago beradaptasi. Saat digempur antibiotik, bakteri sudah kebal obat tersebut.
Ketika antibiotik tidak tepat dikonsumsi atau penggunaannya berlebihan, bakteri yang sudah resisten atau kebal obat tersebut lebih mudah menyebar dan berkembang.
Kondisi ini menyebabkan koloni bakteri kebal antibiotik merebak dan membahayakan kesehatan.
Baca juga: 9 Hal Seputar Antibiotik, Harus Dihabiskan hingga Aturan Penggunaan
Menurun Kementerian Kesehatan, resistensi antibiotik dapat menyebabkan proses pengobatan jadi lebih panjang, memicu infeksi serius yang berujung kegagalan organ, sampai kematikan.
Untuk mengantisipasi persoalan global tersebut, Pemerintah berharap masyarakat dan tenaga medis lebih bijak dalam menggunakan antibiotik.
Dr. Jesse Jacob dari Emory Antibiotic Resistance Center di Emory University School of Medicine, AS, berpendapat resistensi antibiotik kini jadi ancaman di dunia pengobatan modern.
"Operasi rutin, transplantasi organ, sampai kemoterapi sangat bergantung pada kemampuan melawan infeksi bakteri. Persoalan kebal antibiotik ini jadi ancaman nyata dan harus segera ditangani," kata Jacob.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.