Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Pneumonia, Seberapa Bahaya Penyakit Ini?

Kompas.com - 13/01/2020, 17:33 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nama penyakit pneumonia mungkin masih asing di telinga Anda. Ya, banyak orang lebih mengenal penyakit ini dengan istilah paru-paru basah.

Pneumonia adalah infeksi yang menyerang kantung udara di satu atau kedua paru-paru.

Infeksi tersebut mengakibatkan kantung udara dapat terisi dengan cairan atau nanah. Sehingga, penderita mengalami gejala seperti batuk berdahak atau nanah, demam, kedinginan, dan kesulitan bernapas.

Pneumonia bisa disebabkan oleh berbagai organisme termasuk bakteri, virus, dan jamur.

Siapapun bisa mengalami penyakit ini. Perokok, orang tua, dan mereka yang mengidap penyakit paru-paru kronis paling berisiko terserang pneumonia.

Selain itu, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah karena kemoterapi juga berisiko terjangkit pneumonia sitomegalovirus.

Baca juga: Mengenal Coronavirus yang Diduga Biang Wabah Pneumonia di China

Gejala

Melansir Mayo Clinic, tanda dan gejala pneumonia bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung pada faktor-faktor penyebab infeksi, usia dan kondisi kesehatan secara keseluruhan.

Pada pasien dengan pneumonia ringan, biasanya mengalami gejala yang seringkali mirip dengan gejala flu atau pilek tetapi bertahan lebih lama.

Berikut gejala umum yang kerap terjadi pada pasien pneumonia:

  • Nyeri dada saat bernapas atau batuk
  • Kebingungan atau perubahan kesadaran mental. Hal ini biasanya terjadi pada orang dewasa usia 65 dan lebih tua.
  • Batuk berdahak
  • Kelelahan
  • Demam, berkeringat dan menggigil
  • Suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh normal
  • Mual, muntah atau diare
  • Sesak napas

Pneumonia bisa bahayakan nyawa?

Umumnya, orang yang mengidap pneumonia dapat sembuh setelah mendapatkan perawatan rumah sakit selama 1-3 minggu.

Meski begitu, merangkum dari SehatQ, penyakit ini juga bisa menyebabkan kematian akibat komplikasi.

Beberapa kelompok yang lebih mudah terserang komplikasi akibat penyakit ini seperti bayi dan balita, lansia di atas usia 65 tahun, perokok, serta orang yang sebelumnya juga pernah mengalami penyakit pernapasan.

 Penyakit pneumonia sendiri menduduki peringkat nomor satu dalam daftar penyakit yang paling banyak membunuh anak berusia 5 tahun ke bawah.

Baca juga: Apa Itu Pneumonia, Penyakit yang Membunuh 19.000 Balita di Indonesia?

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit pneumonia.

  • Bakteremia: Bakteri yang masuk ke dalam aliran darah, lewat paru-paru, bisa menyebarkan infeksi ke organ tubuh lainnya. Hal ini berpotensi menyebabkan kegagalan organ.
  • Kesulitan bernapas: Jika penyakit pneumonia sudah parah, bisa saja Anda merasa kesulitan bernapas. Dalam kondisi ini, Anda harus dirawat di rumah sakit dan menggunakan mesin ventilator untuk membantu pernapasan.
  • Efusi pleura: Pneumonia dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang tipis antara lapisan jaringan yang melapisi paru-paru dan rongga dada (pleura). Jika cairan tersebut telah terinfeksi, maka harus segera dikeluarkan.
  • Abses paru-paru: Kondisi ini terjadi jika nanah menumpuk di rongga paru-paru. Abses paru-paru biasanya hanya diobati dengan antibiotik. Namun, pembedahan atau drainase bisa saja dilakukan dengan jarum panjang, untuk menghilangkan nanah itu.
  • Gagal ginjal: Penyakit pneumonia yang disebabkan bakteri juga bisa mengakibatkan gagal ginjal. Sebab, bakteremia (bakteri dalam darah), dapat membuat jantung tak memompa darah yang cukup ke ginjal. Akibatnya, ginjal akan berhenti bekerja, jika darah yang dikirim ke sana, tidak mencukupi.

Akibat komplikasi tersebut, sebanyak 30 persen penderita pneumonia yang menjalani perawatan intensif, tetap berisiko mengalami kondisi fatal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com