KOMPAS.com - Rasa marah memang memiliki banyak dampak negatif bagi kesehatan kita.
Riset 2010 yang diterbitkan dalam Journal of Medicine and Life membuktikan bahwa marah dapat meningkatkan berbagai risiko kesehatan, seperti hipertensi, masalah pada pembuluh darah di sekitar jantung, irama jantung jadi abnormal, dan proses metabolik tubuh.
Riset juga membuktikan marah dapat memicu peradangan sehingga meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Orang-orang yang dikuasai amarah juga cenderung berperilaku impulsif seperti mengonsumsi alkohol atau merokok secara berlebihan.
Tapi, memendam amarah bukan jalan terbaik. Bagaimanapun juga, marah adalah bagian dari emosi dalam diri yang harus diluapkan dengan cara positif.
Saat marah, tubuh akan mengeluarkan respons "fight or flight". Sementara itu, kelenjar adrenal akan memproduksi hormon pemicu stres seperti adrenalin dan kortisol.
Baca juga: Jangan Dipendam, Rasa Marah Bisa Bikin Bahagia
Jika amarah dalam tubuh tidak dikelola dengan baik, tubuh akan terus memproduksi hormon stres yang bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti:
Meluapkan rasa marah dengan cara yang tepat bisa membantu kita menemukan solusi saat menghadapi permasalah hubungan dengan pasangan, interaksi kerja, atau politik.
Lalu, bagaimana cara meluapkan amarah dengan cara positif?
Melansir laman Better Health, ada beberapa cara psoitif untuk meluapkan rasa marah. Berikut cara tersebut:
Hal yang manusiawi jika kita merasa marah karena hal-hal tertentu.
Namun jika amarah tersebut tidak bisa dikendalikan dan kerap terjadi, bisa jadi ada masalah kesehatan mental yang sedang kita alami.
Sifat mudah marah jika dibiarkan berlarut-larut tentu akan memicu masalah serius seperti perilaku desktruktif. Oleh karena itu, sifat mudah marah harus segera dikonsultasikan kepada profesional.
Baca juga: Marah Bisa Picu Penyakit Bagi Lansia, Apa Alasannya?
Selain itu, mudah marah yang dialami merupakan salah satu gejala terjadinya gangguan mental tertentu.
Melansir laman SehatQ, ada beberapa gangguan mental, seperti borderline personality disorder dan intermittent explosive disorder yang salah satu gejalanya termasuk mudah marah.
Apabila mudah marah terdeteksi sebagai salah satu gejala gangguan mental, pihak profesional akan membantu mengendalikannya.
Selain mencari bantuan profesional, kita juga bisa mengendalikan sifat mudah marah dengan cara berikut:
1. Pelajari teknik relaksasi
Teknik relaksasi mengajarkan seseorang untuk bernapas dalam-dalam sembari berpikir tentang hal-hal yang mendamaikan jiwa.
Teknik ini dilakukan dengan menarik napas dari paru-paru, dan perlahan menghembuskannya. Bernapas dalam akan menenangkan saraf-saraf yang tegang.
2. Ubah pola pikir
Mengubah pola pikir tentu berpengaruh pada cara kita mengekspresikan rasa marah. Ketika seseorang merasa marah, kecenderungannya adalah berpikir secara dramatis.
Perlahan ubah pola pikir ini dan fokus pada hal-hal yang lebih rasional.
3. Selesaikan masalah
Terkadang, seseorang bisa menjadi mudah marah karena masalah yang sedang dihadapinya saat itu. Marah bukan solusi untuk mengatasi masalah.
Sebaiknya, kita berfokus pada solusi dan bagaimana menyelesaikannya.
Apabila sesuatu berjalan tidak sesuai dengan harapan, jangan kecewa. Cari solusi atau alternatif lain untuk mengatasinya.
4. Komunikasi
Kebiasaan mudah marah juga kerap membuat seseorang langsung mengambil kesimpulan tanpa konfirmasi terlebih dahulu. Ketika kita merasa marah, sebaiknya kita mencoba berpikir lebih dulu sebelum marah.
Dengarkan orang lain yang memberi masukan terhadap pemicu yang kita alami. Dengan berkomunikasi, kita bisa menyelesaikan masalah sebelum rasa marah terus meningkat.
Baca juga: Sains Jelaskan Cara Tubuh Bikin Anda Gampang Marah Saat Lapar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.