Meskipun mereka sering dikaitkan dengan postur tubuh yang buruk atau cedera, sakit punggung juga bisa menjadi gejala tekanan psikologis.
Riset 2017 yang meneliti 1.013 mahasiswa di Canadian University menemukan hubungan langsung antara depresi dan sakit punggung.
Psikolog dan psikiater telah lama meyakini bahwa masalah emosional dapat menyebabkan sakit dan nyeri kronis.
Hal tersebut diakibatkan oleh adanya respons peradangan tubuh pada penderita depresi.
Riset juga menunjukan bahwa peradangan dalam tubuh mungkin ada hubungannya dengan sirkuit saraf di otak kita. Selain itu, peradangan juga dapat mengganggu sinyal otak.
Sering sakit kepala juga bisa menjadi pertanda depresi. Sakit kepala pada penderita depresi tidak selalu mengganggu fungsi tubuh seseorang.
Menurut National Headache Foundation, sakit kepala pada penderita depresi biasanya muncul seperti sensasi berdenyut ringan, terutama di sekitar alis.
Meski bisa diatasi dengan obat, sakit kepala tersebut akan kembali muncul secara teratur.
Penelitian tahun 2010 di Jerman menunjukkan bahwa depresi sebenarnya dapat mempengaruhi penglihatan seseorang.
Riset yang meneliti 80 orang tersebut menemukan bahwa individu yang mengalami depresi juga kesulitan melihat perbedaan warna hitam dan putih.
Baca juga: Kenali Sindrom Post Holiday Blues, Merasa Depresi Setelah Liburan
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan