KOMPAS.com - Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah gerakan 3M yang menjadi salah satu program Kementerian Kesehatan. 3M sendiri merupakan singkatan dari menguras, menutup, dan mengubur.
Sudah lama 3M digadang-gadang sebagai cara ampuh untuk menekan angka penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia.
Melansir laman Kementrian Kesehatan Indonesia, hampir setiap tahun kejadian DBD di Indonesia cenderung meningkat pada pertengahan musim penghujan sekitar bulan Januari, dan cenderung turun pada bulan Februari hingga ke penghujung tahun.
Baca juga: Cara Usir Nyamuk Aedes aegypti Pembawa Virus Demam Berdarah
Untuk menangani hal tersebut, diperlukan peran serta masyarakat untuk menekan kasus ini sangat menentukan.
Oleh karena itu, program 3M perlu dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun, khususnya saat musim penghujan tiba. Program tersebut meliputi:
Hal ini dilakukan dengan membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain.
Langkah ini dilakukan dengan menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sejenisnya.
Mengubur atau memanfaatkan kembali barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah.
Melansir laman Hello Sehat, cara yang paling utama untuk mencegah penyebaran DBD adalah dengan mengusahakan agar kita tidak digigit nyamuk Aedes aegypti.
Hal bisa dilakukan dengan menjaga lingkungan tetap bersih, juga menggunakan penangkal nyamuk agar tidak berkembang biak di rumah.
Baca juga: 7 Fakta Penting tentang Demam Berdarah (DBD)
Oleh karena itu, ada baiknya program 3M tersebut juga diikuti dengan langkah-langkah tambahan seperti berikut:
- Menaburkan bubuk larvasida pada penampungan air yang sulit dibersihkan
Bubuk larvasida berkhasiat untuk membunuh entik-jentik nyamuk. Di Indonesia, bubuk larvasiada biasanya dijual dengan merek Abate.
Abate merupakan obat antilarva yang mengandung temefos dan biasanya berbentuk pasir berwarna cokelat muda atau keabu-abuan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), temephos adalah bahan kimia yang berupa insektisida fosfat organik nonsistemik.