Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/02/2020, 07:31 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com - World Health Organization (WHO) mencatat dari 56,9 juta kematian orang di seluruh dunia pada tahun 2016, lebih dari setengah atau 54 persennya disebabkan hanya oleh 10 penyebab.

Secara urut, 10 penyebab utama kematian yang terjadi pada 4 tahun silam tersebut yakni sebagai berikut:

  1. Penyakit jantung iskemik
  2. Stroke
  3. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
  4. Infeksi saluran pernapasan bawah
  5. Penyakit alzheimer dan demensia lainnya
  6. Kanker paru-paru, trakea, atau bronkus
  7. Diabetes mellitus
  8. Cedera lalu lintas
  9. Penyakit diare
  10. Tuberkullosis (TB)

Angka detail 

Penyakit jantung iskemik dan stroke adalah pembunuh terbesar di dunia karena tercatat bertanggung jawab atas kematian 15,2 juta jiwa pada 2016.

Baca juga: Kenali 11 Tanda Seseorang Mungkin Akan Meninggal Dunia

 

Penyakit ini diketahui juga menjadi penyebab utama kematian secara global dalam beberapa tahun terakhir.

Setelah penyakit jantung dan stroke, ada penyakit paru obstruktif kronis yang telah merenggut 3 juta jiwa pada tahun 2016.

Sementara kanker paru-paru bersama dengan kanker trakea dan bronkus menyebabkan 1,7 juta kematian.

Diabetes sendiri telah membunuh 1,6 juta orang pada tahun 2016 atau naik dari tahun 2000 yang menelan kurang dari 1 juta korban jiwa.

Bukan hanya diabetes, kematian akibat demensia pada 2016 juga lebih banyak dibanding kejadian pada tahun 2000.

Peningkatan angka kematian tersebut bahkan terhitung lebih dari dua kali lipat sehingga menjadikan demensia sebagai penyebab utama kematian global ke-5 pada tahun 2016.

Di bawah demensia, terdapat infeksi saluran pernapasan bawah yang menjadi penyebab utama kematian global urutan ke-6.

Namun, jika dilihat dari jenis penyakit yang didasarkan pada penyebab dan faktor risikonya, infeksi saluran pernapasan bawah adalah penyakit menular yang paling mematikan. Penyakit tersebut telah menyebabkan 3,0 juta kematian di seluruh dunia pada 2016.

Sementara, kematian akibat penyakit diare menurun hampir 1 juta antara tahun 2000 dan 2016. Pada 2016 lalu, diare diketahui telah menyumbang angka kematian global hingga 1,4 juta jiwa.

Selain diare, jumlah kematian akibat tuberkulosis juga turun dalam periode yang sama. Tapi, tuberkulosis tetap saja masih termasuk 10 penyakit penyebab utama kematian pada 2016 dengan merenggut 1,3 nyawa. 

Penyebab kematian penduduk berpenghasilan rendah

WHO dalam laman resminya mengungkapkan, lebih dari setengah kematian warga di negara-negara berpenghasilan rendah pada tahun 2016 disebabkan oleh serangan penyakit menular, komplikasi kelahiran prematur, dan masalah nutrisi.

Baca juga: Waspada, Riset ungkap Makan Gorengan Bisa Picu Kematian Dini

Kondisi itu lain dengan yang terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi. Di mana, persentase kematian akibat penyakit menular di negara-negara berpenghasilan tinggi terhitung kurang dari 7 persen.

Infeksi saluran pernapasan bawah adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, baik di negara berpenghasilan rendah maupun tinggi.

Berdasarkan diagram yang disajikan WHO, berikut urutan 10 penyebab utama kematian yang terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah:

  1. Infeksi saluran pernapasan bawah
  2. Penyakit diare
  3. Penyakit jantung iskemik
  4. HIV/AIDS
  5. Stroke
  6. Malaria
  7. Tuberkulosis
  8. Komplikasi kelahiran prematur
  9. Kelahiran asfiksia dan trauma kelahiran
  10. Cedera lalu lintas

Melansir Medical News Today, infeksi saluran pernapasan bawah berbeda dari infeksi saluran pernapasan atas. Perbedaan yang mendadasari yakni area saluran pernapasan yang terserang infeksi.

Dapat dibagi, infeksi saluran pernapasan bawah meliputi saluran udara di bawah laring, sedangkan infeksi saluran pernapasan atas terjadi pada struktur organ pernapasan di laring atau di atasnya.

Orang yang memiliki infeksi saluran pernapasan bawah akan mengalami batuk sebagai gejala utamanya.

Beberapa bentuk penyakit yang termasuk infeksi saluran pernapasan bawah di antaranya yakni:

  • Bronkitis
  • Pneumonia
  • Bronkiolitis
  • Tuberkulosis (TB)

Selain asap rokok, infeksi pada saluran pernapasan bawah terutama disebabkan juga oleh:

  • Virus, seperti flu atau respiratory syncytial virus RSV)
  • Bakteri, seperti Streptococcus atau Staphylococcus aureus
  • Infeksi jamur
  • Mikoplasma yang bukan virus atau bakteri tetapi merupakan organisme kecil dengan karakteristik keduanya

Dalam beberapa kasus, zat dari lingkungan dapat pula mengiritasi atau menyebabkan peradangan di saluran udara atau paru-paru hingga menimbulkan infeksi.

Baca juga: Harga Rokok Tahun 2020 Naik, Dokter: Saatnya Berhenti Merokok!

 

Beberapa zat yang termasuk membahayakan tersebut, yakni:

  • Asap tembakau
  • Debu
  • Bahan kimia
  • Uap dan asap
  • Alergen
  • Polusi udara

Langkah penanganan

Mengukur berapa banyak orang yang meninggal dan mengapa mereka bisa meninggal adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menilai efektivitas penerapan sistem kesehatan di suatu negara.

Statistik penyebab kematian dirasa dapat membantu otoritas kesehatan menentukan fokus tindakan kesehatan bagi masyarakat masing-masing.

Sebagai contoh, negara di mana kematian akibat penyakit jantung dan diabetes diketahui tinggi, diharapkan mereka punya inisiatif yang kuat untuk memulai program gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit tersebut.

WNO mengatakan negara-negara berpenghasilan tinggi telah memiliki sistem pengumpulan informasi tentang penyebab kematian wargannya. Sementara, banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah belum memiliki sistem seperti itu.

Padahal, penyediaan data mengenai penyebab kematian sangat diperlukan untuk meningkatkan upaya kesehatan dan mengurangi kematian itu sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau