Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Penyakit Tidak Menular yang Paling Banyak Diderita Orang Indonesia

Kompas.com - 13/02/2020, 10:30 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber

Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis pada penduduk umur ≥ 15 tahun naik dari 7 persen pada 2013 menjadi 10,9 persen pada 2028.

Baca juga: Anda Doyan Tidur? Awas Risiko Stroke Mengintai

 

Perlu diketahui jika terdapat perbedaan cara pengumpulan data antara Riskesdas 2013 dengan Riskesdas 2018. Di mana, Riskesdas 2013 menggunakan wawancara berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, sedangkan Riskesdas 2018 melakukan wawancara berdasarkan diagnosis dokter.

4. Penyakit sendi

Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis pada penduduk umur ≥ 15 tahun dari 2013 ke 2018 sebenarnya mengalami penurunan. Namun, prevalensi penyakit sendi pada 2018 masih menunjukkan angka yang lumayan, yakni 7,3 persen. Sedangkan prevalensi pada 2013 mencapai 11,9 persen.

5. Gagal ginjal kronis

Prevalensi penyakit gagal ginjal kronis berdasarkan diagnosisi dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun naik dari 2 persen pada 2013 menjadi 3,8 persen pada 2018.

Selain gaya hidup yang tidak sehat, gagal ginjal kronis juga bisa disebabkan oleh diabetes melitus, tekanan darah tinggi, hingga obesitas.

6. Asma

Meskipun turun, prevalensi asma pada 2018 masih tergolong cukup tinggi. 

Prevalensi asma pada penduduk semua umur pada 2013 tercatat 4,5 persen, sedangkan pada 2018 menjadi 2,4 persen.

Baca juga: Musim Hujan Tiba, Waspada Serangan Batuk hingga Asma

7. Kanker

Prevalensi kanker berdasarkan diagnosis dokter mengalami kenaikan dari dari 1,4 persen pada 2013 menjadi 1,8 persen pada 2018.

Merokok tetap menjadi faktor risiko utama yang menyebabkan 20 persen kematian akibat kanker dan 70 persen kematian akibat kanker paru-paru di dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com