Batuk seperti ini malah sebaiknya tidak ditekan supaya zat-zat asing tersebut bisa dikeluarkan.
Obat-obat yang dapat digunakan untuk membantu pengeluaran dahak disebut ekspektoran.
Obat ini biasanya juga bekerja dengan cara merangsang terjadinya batuk untuk mengeluarkan dahak.
Baca juga: Etika Batuk yang Harus Dilakukan Demi Mencegah Penularan Virus
Contoh obat ekspektoran, di antaranya yakni:
Selain ekspektoran, ada juga mukolitik yang bisa dikonsumsi untuk mengatasi batuk berdahak.
Bedanya, obat ini memiliki sistem kerja dapat membantu mengencerkan dahak sehingga mudah dikeluarkan.
Contoh obat mukolitik, di antaranya yakni:
Jadi, jika Anda mengalami batuk berdahak, bisa memilih obat-obat yang mengandung zat-zat tersebut.
Baca juga: Batuk Kering (Tidak Berdahak): Ciri-ciri, Penyebab, Cara Mencegah
Namun sayangnya, sebagian besar produk obat batuk di pasaran memang diketahui mencampurkan antara zat antusif dan ekspektoran.
Hal itu bisa jadi agak membingungkan, mengingat kedua zat tersebut dapat dibilang berlawanan fungsi.
Produsen melakukan hal itu mungkin didasarkan pada kenyataan bahwa banyak ditemui kasus batuk berdahak yang sering kali melelahkan penderita sehingga perlu ditekan.
Tapi yang perlu diketahui, tidak sedikit pula produsen obat kini mulai membedakan antara obat untuk mengatasi batuk kering dan batuk berdahak.
Jadi akan lebih tepat jika Anda memilih obat batuk sesuai dengan jenis batuk yang dialami.
Secara umum, batuk bisa dipahami sebagai refleks normal yang dilakukan tubuh akibat adanya rangsangan dari selaput lendir di daerah tenggorokan dan cabang teggorokan.
Refleks ini terjadi dengan tujuan untuk membersihkan saluran pernapasan dari zat-zat asing yang mengganggu.
Baca juga: Dapatkah Gejala Demam Berdarah (DBD) Disertai Batuk Pilek?