Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tetanus: Penyebab, Komplikasi, dan Cara Mencegahnya

Kompas.com - 13/05/2020, 20:01 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Menjaga kebersihan merupakan langkah penting untuk kesehatan tubuh kita.

Pasalnya, ada banyak organisme penyebab penyakit di lingkungan kita yang bisa membahayakan tubuh, salah satunya bakteri penyebab tetanus.

Tetanus adalah penyakit serius yang disebabkan oleh toksin bakteri yang mempengaruhi sistem saraf.

Penyakit ini bisa menyebabkan kontraksi otot yang menyakitkan, terutama otot rahang dan leher.

Tetanus juga dapat mengganggu sistem pernapasan yang mengancam nyawa penderitanya.

Bakteri penyebab tetanus bisa bersarang di tanah, debu, kotoran bahkan menginfeksi manusia lewat gigitan serangga.

Biasanya, bakteri tersebut menginfeksi manusia lewat goresan atau luka kecil yang terdapat pada kulit.

Baca juga: Cegah Covid-19, Peneliti Sarankan Tunggu 72 Jam Sebelum Membuka Paket

Penyebab

Tetanus disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh spora bakteri, Clostridium tetani.

Penyakit ini tidak menular antar manusia. Biasanya, orang yang mengalami tetanus belum pernah mendapatkan vaksin sebelumnya.

Lalu, bagaimana bakteri penyebab tetanus menginfeksi manusia?

Spora bakteri tetanus masuk ke aliran darah melalui luka di kulit dan kemudian tumbuh di dalam tubuh manusia.

Saat bertumbuh, spora bakteri menghasilkan racun yang disebut tetanospasmin. Racun tersebut bisa menganggu sistem saraf.

Infeksi ini bisa menyebar ke sumsum tulang belakang dan otak. Dalam waktu lima hingga 10 hari, infeksi tetanus menunjukan gejala lockjaw atau kejang di area leher dan rahang.

Ketika racun menyebar, pasien mengaami kejang otot dan gejala tambahan seperti sakit kepala dan demam.

Hingga saat ini, belum ada obat untuk mengatasi tetanus. Namun, penyakit ini bisa dicegah dengan vaksin.

Komplikasi

Jika racun tetanus telah mencapai ujung saraf, proses penyembuhan akan menjadi sulit.

Pemulihan total dari infeksi tetanus membutuhkan pertumbuhan ujung saraf baru yang bisa memakan waktu hingga beberapa bulan.

Jika tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi seperti berikut:

- Patah tulang

Kejang yang parah dapat menyebabkan tulang belakang dan tulang lainnya patah.

- Penyumbatan arteri paru-paru (pulmonary embolism)

Tetanus juga bisa mengakibatkan penggumpalan yang dapat memblokir arteri utama paru-paru atau salah satu cabangnya.

- Kematian

Kejang otot akibat tetanus dapat mengganggu atau menghentikan sistem pernapasan.

Hal ini berisiko besar menyebabkan kematian. Kekurangan oksigen juga dapat menyebabkan henti jantung yang berakhir pada kematian.

Baca juga: Mengenal Histeria, Gangguan Psikologis yang Sering Disangka Kesurupan

Pencegahan

Belum ada obat untuk mengatasi tetanus. Namun, penyakit ini bisa dicegah lewat vaksin.

Vaksin tetanus biasanya diberikan saat usia kanak-kanak sebagai bagian dari vaksin DTap (difteri, toksoid tetanus dan aselular pertusis).

Vaksinasi ini memberikan perlindungan terhadap tiga penyakit, yakni infeksi tenggorokan dan pernapasan (difteri), batuk rejan (pertusis) dan tetanus.

Vaksin DTaP terdiri dari serangkaian lima suntikan, yang biasanya diberikan di lengan atau paha untuk anak-anak pada usia:

  • 2 bulan
  • 4 bulan
  • 6 bulan
  • 15 hingga 18 bulan
  • 4 hingga 6 tahun.

Setelah itu, kita membutuhkan vaksin ulang atau booster yang biasanya diberikan dalam kombinasi dengan booster vaksin difteri (Td).

Vaksin booster sebaiknya diberikan setiap 10 tahun sekali untuk mempertahankan tingkat perlindungan yang diperlukan.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau