Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/05/2020, 04:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Banyak orang biasanya akan mencoba mengurangi porsi makan begitu sadar berat badan mereka bertambah.

Beberapa hal yang mungkin dilakukan, seperti menghindari sarapan, makan siang sedikit, atau tidak makan malam sama sekali.

Dengan pengurangan makan tersebut, orang-orang berharap tubuh bisa segera membakar kelebihan lemak dan berat badan menyusut.

Baca juga: 8 Jenis Buah yang Baik Dikonsumsi untuk Program Diet

Banyak teori memang menyatakan bahwa masalah kegemukan disebabkan oleh pola makan berlebih, sehingga solusi yang ditawarkan adalah mengurangi porsi makanan.

Tubuh juga dikatakan memiliki mekanisme alamiah untuk bertahan dalam kelaparan selama beberapa hari.

Begitu makanan dikurangi, tubuh segera melakukan penghematan energi dengan menurunkan Basal Metabolic Rate (BMR) atau laju metabolisme basalnya.

BMR adalah energi minimal yang diperlukan tubuh dalam keadaan istirahat total.

Padahal untuk membakar kelebihan lemak, tubuh justru perlu energi besar.

Mekanisme tubuh bertahan dalam kelaparan

Melansir Buku Food Combining: Pola Makan untuk Langsing & Sehat (2012) oleh Andang Gunawan, penurunan berat badan yang terlihat pada awal diet pengurangan porsi makan adalah pengurangan sejumlah air dan glikogen, yakni persediaan energi yang disimpan dalam hati.

Penyusutan berat badan itu bukan sebagai akibat dari pengurangan kelebihan lemak yang diharapkan.

Kalaupun ada lemak yang ikut terkikis saat melakukan diet, jumlahnya tidak bermakna.

Baca juga: 5 Cara Efektif Turunkan Berat Badan Saat Puasa

Diet yo-yo atau diet sangat rendah kalori yang dilakukan secara berulang-ulang bahkan dapat berdampak buruk, seperti:

  • Mengganggu keseimbangan metabolisme
  • Mengganggu keseimbangan hormon
  • Menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan penyakit-penyakit lainnya

Universitas Pennsylvania di Amerika Serikat (AS) pernah melakukan penelitian pada sekelompok orang yang melakukan diet rendah kelari.

Berdasarkan studi tersebut, terbukti bahwa lima minggu setelah berhenti dari diet rendah kelari, laju metabolisme orang-orang yang obyek penelitian ternyata belum bisa pulih sepenuhnya.

Alasan diet sering gagal

Ilustrasi diet DASHshutterstock Ilustrasi diet DASH

Melakukan diet-diet keras dalam jangka panjang memang dapat menghilangkan sejumlah besar lemak.

Namun, hal itu bisa juga merugikan karena dapat menghilangkan sejumlah jaringan otot dari organ-organ vital tubuh dan otot-otot tubuh lainnya.

Baca juga: 5 Hal yang Membuat Berat Badan Meningkat saat Berpuasa

Pelaksanaan diet tersebut juga sangat berisiko gagal karena berbagai hal.

Alih-alih membuat tubuh langsing, orang yang melakukan diet rendah kalori ini malah bisa memiliki badan gemuk karena penerapan diet yang salah.

Berikut ini beberapa alasan yang dapat diet sering gagal:

1. Tergoda kembali ke pola makan semula

Mekanisme tubuh memiliki appestat atau pusat pengendali nafsu makan pada otak yang berfungsi sebagai pengukur kecukupan gizi dalam darah.

Jika kecukupan gizi terpenuhi, appestat akan memberi isyarat cukup kepada tubuh.

Begitu juga sebaliknya, jika gizi kurang cukup, appestat akan terus memberi isyarat kurang, yang membuat seseorang malah merasa sering lapar, hingga akhirnya tegoda untuk makan terus.

Ilustrasi makanan manisPressmaster Ilustrasi makanan manis

2. Makanan tidak bisa dimobilisasi secara normal setelah diet

Keburukan diet pengurangan makan atau rendah kalori adalah begitu seseorang kembali ke pola makan semula, yang dipulihkan lebih dulu justru jaringan lemaknya, sehingga tubuh tampak bergelambir dan malah lebih gemuk daripada sebelumnya.

Hal ini disababkan BMR belum siap mengantisipasi perubahan pola makan sehingga makanan yang baru masuk tidak dapat dimobilisasi secara normal.

3. Tak tahu ada masalah pada kelenjar tiroid

Banyak fakta memperlihatkan bahwa banyak orang tetap saja gemuk meski sudah mati-matian makan sehat dan sedikit.

Sebaliknya, tidak sedikit pula ada orang yang memiliki nafsu makan luar biasa tetap badannya tetap saja kurus.

Baca juga: 9 Manfaat Rumput Laut, Dukung Kecerdasan hingga Cegah Kanker

Banyak faktor yang melatarbelakangi masalah kelebihan berat badan, termasuk menurunnya fungsi kelenjar tiroid yang tidak terdeteksi.

Penderita kegemukan yang mengalami gangguan tiroid kebanyakan tidak didiagnosis dan dirawat secara rinci.

Mereka seringkali hanya dianjurkan untuk diet atau menjaga pola makan. Padahal faktor genetik juga berperan dalam menentukan efisiensi kerja kelenjar tersebut.

4. Tak tahu ada masalah pada organ hati

Organ juga bisa mengalami kegemukan karena fungsi penyerapan gizi dan fungsi hatinya tidak normal.

Kelebihan berat badan akan sulit diatasi apabila fungsi tubuh ada yang tidak beres seperti itu.

Oleh sebab itu, diet rendah kalori atau penurunan porsi makanan tidak bisa berhasil pada orang yang mengidap gangguan hati maupun tiroid, selama tubuh mereka masih dalam kondisi kekurangan gizi.

5. Tak diimbangi dengan olahraga

Salah satu penyebab diet renda kalori gagal adalah tak diimbangi dengan olahraga. Karena tubuh merasa lebih lemas, olahraga pun ditinggalkan.

Untuk membakar kalori, Anda disarankan pula untuk menerapkan high intensity interval training (HIIT).

Caranya, yakni lakukan olahraga kardio, seperti berlari dan lompat tali dalam waktu singkat sekitar 5 menit.

Baca juga: Bagaimana Olahraga yang Tepat untuk Tingkatkan Daya Tahan Tubuh?

Lakukan olahraga tersebut sekuat yang Anda bisa, lalu selingi dengan istirahat. Pasalnya, olahraga yang berlebihan malah bisa membahayakan tubuh, termasuk menurunkan daya tahan tubuh.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com