KOMPAS.com - Ada banyak hal yang bisa memicu stres dalam diri kita. Baik pertengkaran dengan pasangan hingga kondisi pandemi yang tak menentu, semua itu memicu tekanan dan gejolak emosi dalam diri.
Biasanya, mengonsumsi camilan manis atau asin menjadi cara favorit banyak orang untuk meredakan stres atau menyalurkan emosi yang dirasakannya. Tentunya, hal ini bisa berpengaruh buruk pada kesehatan fisik kita.
Menurut ahli diet Anna Kippen, emosi negatif, seperti rasa marah, sedih, dan stres, bisa memicu kebiasaan makan yang buruk atau "emotional eating".
"Saat emosi tak seimbang, kita cenderung mengonsumsi makanan tak sehat yang justru membuat kondisi kita semakin buruk," ucap Kippen.
Baca juga: Sayang Dilewatkan, Ini 4 Manfaat Mandi Air Dingin
Melansir laman LiveWell Dorset, emotional eating biasanya membuat seseorang merasakn hal buruk seperti berikut:
Usai mennyalurkan emosi dengan makan, biasanya akan ada penyesalan atau rasa bersalah.
Rasa bersalah ini juga berpotensi menyebabkan keinginan makan yang lebih tinggi atau harga diri rendah.
Rasa kenyang yang didapatkan ketika melakukan "emotional eating" adalah cara seseorang untuk menutupi gejolak emosi dalam dirinya.
Hal ini sering mengakibatkan makan berlebih dan sakit perut serta mual di kemudian hari.
Sering melakukan "emotional eating" bisa menyebabkan kenaikan berat badan yang memicu berbagai penyakit kronis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.