Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/06/2020, 10:10 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Hipoksia adalah kondisi saat jaringan tubuh kekurangan oksigen.

Melansir Web MD, kondisi ini bisa terjadi karena tubuh kekurangan oksigen dalam darah (hipoksemia).

Berikut penjelasan apa itu hipoksia, gejala hipoksia, penyebab hipoksia, dan cara mengatasi hipoksia.

Baca juga: Pakai Masker untuk Cegah Corona Tak Bikin Keracunan Karbon Dioksida

Apa itu hipoksia?

Melansir Cleveland Clinic, hipoksia bisa muncul karena tubuh mengalami hipoksemia.

Hipoksemia adalah kondisi saat kadar oksigen dalam darah di bawah ambang batas normal.

Saat kadar oksigen dalam darah terlalu rendah, kinerja organ di dalam tubuh bisa ikut terganggu.

Sebagai informasi, darah mengalirkan oksigen ke setiap sel di dalam tubuh.

Dengan asupan oksigen tersebut, organ di dalam tubuh bisa berfungsi optimal.

Dalam kondisi ringan, hipoksemia bisa menyebabkan sakit kepala dan sesak napas.

Tak hanya itu, hipoksemia juga bisa menyebabkan kadar oksigen di jaringan tubuh rendah atau hipoksia.

Dalam kasus yang parah, kekurangan oksigen ini bisa mengganggu fungsi jantung dan otak.

Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Masker serta Face Shield untuk Cegah Corona

Gejala hipoksia

Penderita hipoksia bisa merasakan beragam gejala saat jaringan tubuhnya kekurangan oksigen. Beberapa gejala hipoksia yang umum di antaranya:

  • Kulit jadi kebiruan atau kemerahan
  • Bingung
  • Batuk-batuk
  • Detak jantung jadi cepat atau melambat
  • Napas cepat
  • Sesak napas
  • Berkeringat

Baca juga: Bisakah AC Jadi Sarana Penularan Virus Corona?

Penyebab hipoksia

Ilustrasi asma.Shutterstock Ilustrasi asma.
Serangan asma yang parah dapat menyebabkan hipoksia pada orang dewasa dan anak-anak.

Selama serangan asma, saluran udara jadi menyempit. Sehingga, udara jadi sulit masuk sampai ke paru-paru.

Refleks batuk untuk membersihkan paru-paru dalam kondisi kekurangan oksigen justru membuat tubuh semakin boros oksigen.

Kondisi kekurangan oksigen ditambah batuk acapkali memperburuk gejala hipoksia.

Baca juga: Olahraga Pakai Masker untuk Cegah Virus Corona, Amankah?

Selain asma, penyebab hipoksia lainnya antara lain:

  • Penyakit paru-paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), emfisema, bronkitis, pneumonia, dan edema paru (terdapat cairan di paru-paru)
  • Efek samping penggunaan obat keras dan obat yang bisa menahan pernapasan
  • Penyakit jantung
  • Anemia
  • Keracunan sianida

Baca juga: Apa Itu Ventilator?

Cara mengatasi hipoksia

Saat jaringan tubuh kekurangan oksigen, Anda harus segera mendapatkan bantuan medis ke rumah sakit.

Di rumah sakit, penderita hipoksia akan diberi oksigen tambahan. Bagi kebanyakan penderita, tambahan oksigen ini cukup untuk mengembalikan kadar oksigen ke level normal.

Obat inhaler atau asma yang disemprotkan ke mulut juga dapat membantu pernapasan jadi lebih mudah.

Jika sesak napas tak kunjung reda, dokter biasanya memberikan obat melalui vena di lengan.

Obat yang diberikan bisa berupa obat untuk mengecilkan peradangan di paru atau antibiotik untuk mengobati infeksi.

Ketika beragam tindakan darurat tidak mengatasi hipoksia, dokter umumnya memasangkan mesin ventilator untuk pasiennya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau