Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sejarah Virus Ebola dan Asal-usulnya

Kompas.com - 02/06/2020, 19:07 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

Sumber CDC,WHO

KOMPAS.com - Infeksi virus ebola adalah salah satu penyakit akibat virus paling mematikan di dunia.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka kematian penyakit ebola berada di kisaran 50 persen, tepatnya antara 25 hingga 90 persen.

Sejak ditemukan pada 1976, sebagian besar kasus dan wabah ebola terjadi di Arfika.

Baca juga: Bagaimana Virus Bisa Menyebar dan Menularkan Penyakit?

Wabah ebola pada medio 2014 sampai 2016 di Afrika Barat adalah wabah terbesar sejak virus kali pertama teridentifikasi.

Wabah tersebut bermula dari perdesaan di Guinea tenggara, lalu berpindah ke perkotaan, melintasi perbatasan sampai ke Sierra Leone, Liberia, dan menjadi epidemi global dalam beberapa bulan.

Wabah ebola sejak 2018 di Republik Demokratik Kongo sangat kompleks dan menimbulkan rasa tidak aman di kalangan masyarakat.

Di tengah pandemi corona (Covid-19) dan campak parah, Pemerintah Republik Demokratik Kongo pada Selasa (2/6/2020), mengumumkan wabah penyakit ebola merebak di Wangata dan Mbandaka, provinsi Équateur, negara setempat.

Berikut penjelasan apa itu virus ebola, penularan ebola, sejarah virus ebola, sampai inang ebola.

Baca juga: Bagaimana Vaksin Bisa Menangkal Penyakit?

Apa itu virus ebola?

Ebola adalah virus biang infeksi yang menyebabkan pendarahan parah, kegagalan organ, dan berdampak fatal apabila tidak ditangani dengan tepat.

Ebola berasal dari keluarga virus filoviridae. Ada tiga genus. Yakni cuevavirus, marburgvirus, dan ebolavirus.

Virus ebola sendiri telah memiliki enam jenis spesies yang telah diidentifikasi. Di antaranya zaire, bundibugyo, sudan, hutan taï, reston, dan bombali.

Virus yang menyebabkan wabah di Republik Demokratik Kongo dan di Afrika Barat lain termasuk jenis spesies virus ebola zaire.

Baca juga: Apa itu Hipoksia?

Penularan virus ebola

Sebuah poster informasi tentang penyakit ebola dipasang di salah satu sudut kota Monrovia, Liberia. Pada Kamis (7/8/2014), pemerintah Liberia menetapkan status darurat ebola setelah penyakit itu membunuh hampir 300 orang warga negara itu.ZOOM DOSSO / AFP Sebuah poster informasi tentang penyakit ebola dipasang di salah satu sudut kota Monrovia, Liberia. Pada Kamis (7/8/2014), pemerintah Liberia menetapkan status darurat ebola setelah penyakit itu membunuh hampir 300 orang warga negara itu.
Ebola bisa masuk ke tubuh manusia melalui kontak dekat dengan darah, kotoran, atau organ tubuh hewan yang terinfeksi virus.

Ebola lantas menyebar melalui penularan dari manusia ke manusia lain melalui:

  • Kontak dengan darah atau cairan tubuh seseorang yang terinfeksi ebola atau telah meninggal karena ebola
  • Kontak dengan benda yang terkontaminasi cairan tubuh (darah, tinja, muntah) penderita ebola

Petugas kesehatan yang sering terpapar virus ebola saat merawat pasien ebola bisa tertular penyakit ini.

Upacara pemakanan yang melibatkan kontak langsung dengan tubuh penderita ebola tanpa protokol kesehatan juga bisa menjadi medium penularan penyakit.

Setiap orang yang darahnya mengandung virus ebola dapat menularkan penyakit ini, selama darah mereka mengandung virus.

Ibu hamil yang mengidap ebola akut dan sudah sembuh pun kemungkinan masih bisa menularkan virus ebola ke bayinya lewat ASI atau proses persalinan.

Untuk itu, perempuan yang sewaktu hamil mengidap ebola perlu dites ebola, sebelum bisa menyusui bayinya.

Baca juga: Apa Itu Ventilator?

Sejarah panjang virus ebola

Satu ampul obat Ebola remdesivir ditunjukkan dalam konferensi pers di Rumah Sakit Universitas Eppendorf (UKE) di Hamburg, Jerman, 8 April 2020. Remdesivir kini sedang diuji coba untuk pengobatan Covid-19.POOL/REUTERS Satu ampul obat Ebola remdesivir ditunjukkan dalam konferensi pers di Rumah Sakit Universitas Eppendorf (UKE) di Hamburg, Jerman, 8 April 2020. Remdesivir kini sedang diuji coba untuk pengobatan Covid-19.
Melansir laman resmi Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS, ebola kali pertama muncul pada 1976 silam.

Kala itu wabah ebola merebak di dua tempat sekaligus, yakni di wilayah Yambuku (Republik Demokratik Kongo) dan Nzara (Sudan Selatan).

Wabah pertama di Yambuku terjadi di sebuah desa di dekat Sungai Ebola. Nama sungai ini kemudian dijadikan nama virus ini.

Wabah kedua muncul di wilayah Sudan Selatan. Lokasi wabah kedua dari yang pertama berjarak sekitar 850 kilometer.

Semula, pejabat kesehatan setempat menganggap kedua wabah ini berasal dari satu jenis virus ebola yang menular saat penderita mengunjungi tempat merebaknya penyakit.

Selanjutnya, ilmuwan baru menemukan kedua wabah itu berasal dari dua jenis virus ebola yang berbeda. Yakni, Zaire ebolavirus and Sudan ebolavirus.

Setelah kejadian tersebut, ilmuwan menyimpulkan, virus di dua tempat berjarak ratusan kilometer itu berasal dari sumber virus berbeda dan sama-sama menyebar di wilayah terdampak.

Merujuk data virus dan epidemiologi, virus ebola diperkirakan telah lama ada, jauh sebelum wabah tercatat kali pertama.

Faktor-faktor seperti pertumbuhan populasi, perambahan hutan, interaksi termasuk mengonsumsi satwa liar memengaruhi penyebaran ebola di Afrika.

Baca juga: 4 Salah Kaprah yang Bikin Wabah Virus Corona Kian Merebak

Mengidentifikasi inang asal-usul ebola

Ilustrasi kelelawarShutterstock Ilustrasi kelelawar
Setelah penemua virus, para ilmuwan mempelajari ribuan hewan, serangga, dan tanaman untuk mencari sumber asal virus.

Gorila, simpanse, dan mamalia lain disebut terlibat pada masa awal penyebaran penyakit infeksi virus ebola.

Namun, seperti jenis virus lainnya, ada kemungkinan hewan inang yang terinfeksi virus ebola tidak mengalami sakit parah meskipun ada virus di organ, jaringan, dan darahnya.

Dengan demikian, virus diperkirakan bisa bertahan di suatu lingkungan dengan cara menyebar dari satu inang ke inang lain, melalui perantara atau vektor.

Kelelawar buah Afrika disebut sebagai salah satu binatang yang menyebarkan virus ebola. Binatang ini juga diperkirakan menjadi inang induk awal ebola.

Para ilmuwan hingga kini terus mencari bukti yang bisa memperkuat simpulan bahwa kelelawar berperan dalam penyebaran ebola.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau