Obat-obatan ini bisa mengatasi asam lambung naik, namun belum optimal untuk mengatasi peradangan karena iritasi asam lambung di kerongkongan.
Berbeda dengan antasida, H2 blocker menampakkan reaksi dalam hitungan jam setelah diminum.
Efek obat jenis ini lebih lama ketimbang antasida. Obat H2 blocker bisa mengatasi gejala sam lambung naik antara 8-12 jam.
Baca juga: Cara Menghilangkan Lendir di Tenggorokan akibat Asam Lambung
Melansir Web MD, jenis obat H2 blocker ada yang dijual bebas dan diresepkan oleh dokter.
Obat asam lambung versi resep dokter umumnya memiliki dosis lebih tinggi ketimbang versi yang dijual bebas.
Histamin dapat merangsang produksi asam, terutama setelah makan. Jadi, H2 blocker paling baik dikonsumsi 30 menit sebelum makan.
Obat asam lambung ini juga diminum sesaat sebelum tidur untuk menekan produksi asam lambung di malam hari.
Efek samping konsumsi H2 blocker di antaranya sakit kepala, sakit perut, diare, mual, perut begah, sakit tenggorokan, pilek, dan pusing.
Perhatian, hindari obat asam lambung H2 blocker jenis ranitidine. Obat ini ditarik peredarannya dari pasaran sejak 2020 karena mengandung zat yang bisa memicu kanker.
Baca juga: Bisakah Asam Lambung Naik (GERD) Sebabkan Serangan Jantung?
Obat asam lambung PPI dapat menghambat produksi asam di perut. PPI jamak diberikan untuk penderita GERD.
Obat ini disebut ampuh untuk mengendalikan produksi asam lambung berlebih dan lebih cocok untuk orang yang asam lambungnya kerap naik.
Jenis PPI yang dijual bebas tersedia dalam bentuk pil. Ada juga jenis PPI yang hanya diresepkan dokter.
Dokter terkadang meresepkan obat PPI yang menghambat produksi asam lambung sekaligus punya efek lebih lama ketimbang H2 blocker.
Baca juga: Apa Artinya Lingkaran Setan GERD dan Anxiety?
Tak hanya mengendalikan asam lambung, PPI juga dapat melindungi kerongkongan dari asam, sehingga bisa mencegah peradangan kerongkongan.
Pemberian obat PPI sebaiknya dilakukan satu jam sebelum makan.