Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/07/2020, 15:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Di era "New Normal", wisata pendakian gunung kembali dibuka. Tentunya, ini menjadi kabar menyenangkan bagi para pecinta ketinggian yang dulu sempat menjamur sebelum adanya pandemi Covid-19.

Kembali melakukan aktivitas mendaki akan membuat kita rentan mengalami penyakit ketinggian atau yang kerap disebut dengan "altitude sickness".

Hal ini akan membuat kita merasa pusing dan lelah secara tiba-tiba. Menurut ahl pulmonologi dari Cleveland Clinic, Humberto Choi, altitude sickness terjadi ketika tubuh tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan bertekanan rendah atau rendah oksigen.

Baca juga: 5 Komplikasi Akibat Tekanan Darah Tinggi yang Harus Diwaspadai

Biasanya, lingkungan dengan kadar oksigen rendah ini berada di ketinggian di atas 2.500 meter di atas permukaan laut.

Altitude sickness juga membuat kita berisiko mengalami masalah pernapasan hingga kematian.

Penyebab

Altitude sickness terjadi karena tekanan di udara yang turun atau kadar oksigen yang rendah.

Saat kita mendaki dengan kecepatan tinggi, tubuh tifak mempunyai cukup waktu untuk menyesuaikan diri dengan kadar oksigen yang berkurang.

Hal ini membuat pernapasan menjadi terengah-engah hingga memicu gejala seperti orang yang sedang mabuk, contohnya sakit kepala.

"Ketika tubuh Anda berada dalam situasi yang penuh tekanan disertai dengan oksigen rendah dan tekanan udara yang rendah, Anda harus beradaptasi dengannya," kata Dr. Choi.

Jika tidak dapat beradaptasi dengan ketinggian, hal itu dapat menyebabkan pembengkakan pada beberapa organ tubuh, khususnya otak dan paru-paru.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com