Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Penyebab Keracunan Merkuri dan Cara Mengatasinya

Kompas.com - 05/07/2020, 12:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

Sumber Healthline

 

KOMPAS.com - Merkuri merupakan jenis logam beracun yang bisa menimbulkan berbagai efek samping bagi kesehatan.

Bahan beracun ini bisa mengontaminasi makanan yang kita konsumsi, terutama makanan yang berasal dari laut seperti ikan.

Terlalu banyak mengonsumsi merkuri bisa menyebabkan beberapa gangguan berikut:

  • kegelisahan atau anxiety
  • depresi
  • mudah marah
  • gangguan memori
  • mati rasa
  • tremor.

Baca juga: Alergi Ayam: Gejala, Penyebab hingga Cara Mengatasi

Gangguan tersebut bisa menjadi tanda keracunan akut yang membutuhkan penanganan medis.

Gejala keracunan merkuri

Orang yang keracunan merkuri biasanya mengalami gejala berikut:

  • sulit mendengar dan berbicara
  • koordinasi tubuh dan otot melemah
  • saraf di tangan dan wajah kehilangan sensitivitas
  • sulit berjalan
  • gangguan penglihatan.

Anak-anak yang mengalami keracuanan merkuri juga bisa mengalami gangguan kognitid dan motorik halus. Mereka juga rentan mengalami gangguan bicara dan bahasa.

Baca juga: Ungkap Kronologi Kasus Nastar Berjamur, Pemilik Clairmont: Kami Dapat Penawaran

Komplikasi

Jumlah merkuri yang tinggi dapat menyebabkan perubahan neurologis jangka panjang dan permanen.

Kondisi ini rentan terjadi pada anak-anak atau mereka yang masih dalam tahap pertumbuhan.

Paparan merkuri dapat menyebabkan masalah perkembangan di otak, yang juga mempengaruhi fungsi fisik seperti keterampilan motorik.

Baca juga: Rama Sahetapy Ungkap Peran Merdianti Octavia yang Dekatkan ke Ray Sahetapy

Beberapa anak yang terpapar merkuri pada usia muda juga rentan mengalami ketidakmampuan belajar.

Orang dewasa yang keracunan merkuri juga rentan mengalami kerusakan otak, ginjal, dan peredaran darah.

Penyebab

Makanan yang paling sering menyebabkan keracunan merkuri adalah ikan.

Baca juga: Profil Surya Sahetapy, Putra Ray Sahetapy yang Berprofesi Dosen di Amerika

Hal ini terjadi karena air yang merupakan habitat ikan telah terkontaminasi logam merkuri dalam jumlah tinggi.

Jensi ikan yang mengandung merkuri tinggi antara lain:

  • tuna albacore
  • teri
  • ikan lele
  • ikan kerapu
  • pollock
  • ikan salmon
  • udang
  • kakap.

Mengonsumsi jenis ikan tersebut dalam jumlah sedikit memang tidak menimbulkan efek samping apa pun.

Namun, dampak negatif keracunan merkusi terlihat saat kita terlalu banyak mengonsumsi jenis ikan tersebut.

Penyebab lain keracunan merkuri bisa dari lingkungan atau dari paparan ke bentuk logam lainnya, seperti:

  • termometer pengukur suhu tubuh yang rusak
  • tambalan gigi
  • jenis perhiasan tertentu
  • aktivitas pertambangan emas dan ekstraksi emas rumah tangga
  • produk perawatan kulit
  • paparan udara beracun.

Baca juga: Cara Menghilangkan Mata Panda dengan Tomat

Cara mengatasi

Tidak ada obat khusus untuk mengatasi keracunan merkuri. Cara terbaik untuk mengobati keracunan merkuri adalah dengan menghentikan paparan terhadap logam merkuri.

Selain itu, kita bisa mencegah hal ini dengan membatasi konsumsi makanan laut.

Jika kadar merkuri pada tubuh terlalu banyak, dokter biasanya melakukan terapi khelasi untuk membantu mengeluarkan zat berbahaya itu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
ibu2 byk pk cream mercuri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau