Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/08/2020, 19:35 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Bipolar adalah salah satu jenis gangguan mental yang berhubungan dengan perubahan suasana hati ekstrem.

Dilansir dari Mayo Clinic, perubahan suasana hati yang dialami oleh penderita bipolar mencakup emosi tertinggi (sangat senang yang disebut fase manik atau hipomanik untuk yang lebih ringan) dan terendah (sangat murung atau depresi).

Baca juga: Mengenal Penyakit Bipolar yang Sebabkan Medina Zein Konsumsi Amfetamin

Gejala kondisi ini bisa bertolak belakang dengan urutan manik-depresi yang diharapkan. Apalagi, kejadian manik atau hipomanik bisa hampir tak terdeteksi.

Selain itu, pada fase depresi sering kali dianggap sebagai penyakit lain. Penyalahgunaan narkoba pun bisa jadi alasan sulitnya diagnosis kondisi mental ini.

Menurut WebMD, 50 persen orang dengan gangguan bipolar harus mendatangi tiga tenaga profesional hingga akhirnya mendapat diagnosis yang tepat.

Artinya, perawatan gangguan bipolar bisa jadi terlambat.

Padahal, gangguan bipolar adalah kondisi seumur hidup dan hampir tiap episodenya tak bisa diprediksi. Dengan kata lain, hal ini memungkinkan seseorang kesulitan beraktivitas karena perubahan suasana hati.

Ini menjadi sebuah keprihatinan karena keterlambatan perawatan bisa berakibat buruk.

Apalagi, penyebab kondisi ini tidak diketahui secara pasti.

Para ilmuwan yang mempelajari kondisi ini juga setuju bahwa tak ada penyebab tunggal dari gangguan bipolar.

Dengan kata lain, ada beberapa faktor yang mungkin terlibat dalam kondisi ini.

Dikutip dari National Institute of Mental Health (NIMH) beberapa faktor risiko berikut merupakan penyebab gangguan bipolar.

1. Struktur dan fungsi otak

Beberapa penelitian menunjukkan bagaimana otak dari penderita gangguan bipolar berbeda dengan struktur otak normal atau gangguan mental lain.

Para ahli percaya gangguan bipolar disebabkan oleh gangguan pada sirkuit otak tertentu.

Tak hanya itu, fungsi zat kimia otak yang disebut neurotransmitter juga berpengaruh pada kondisi ini.

2. Genetik

Selain terkait pada struktur dan fungsi otak, beberapa penelitian juga menemukan bahwa gangguan bipolar terkait dengan genetik.

Para peneliti menemukan bahwa orang dengan gen tertentu lebih mungkin mengembangkan gangguan bipolar.

Meski begitu, studi tentang kembar identik dan bipolar menunjukkan hal berbeda.

Baca juga: Tak Hanya Orang Dewasa, Anak-anak Juga Bisa Alami Bipolar

Jika seseorang yang kembar mengalami gangguan bipolar, belum tentu saudaranya mengalami hal yang sama, meski berpeluang besar.

Padahal, kembar identik berbagi semua gen yang sama.

3. Riwayat keluarga

Penelitian tentang kaitan gen dan bipolar juga menunjukkan adanya riwayat keluarga yang bisa jadi faktor risiko.

Penelitian yang dilakukan di John Hopkins University menemukan, gangguan bipolar II terjadi paling umum pada orang dengan riwayat keluarganya juga mengembangkan bipolar I dan II.

4. Lingkungan dan gaya hidup

Penelitian lain menunjukkan bahwa kondisi ini juga terkait dengan lingkungan dan gaya hidup.

Para peneliti menemukan anak-anak dengan orang tua bipolar sering dikelilingi oleh stres lingkungan yang signifikan.

Ini mungkin terkait perubahan suasana hati yang terjadi pada orang tua mereka.

Meski tidak selalu mengembangkan gangguan bipolar, anak-anak tersebut bisa mengembangkan gangguan mental lain. Misalnya, ADHD, depresi berat, skizofrenia, atau penyalahgunaan narkoba.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau