Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/10/2020, 10:34 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Labu merupakan jenis bahan pangan yang mudah ditemui di Indonesia. Datang saja ke pasar, Anda bisa dengan mudah membeli bahan makanan yang satu ini.

Meski cukup mudah ditemui, olahan makanan dari labu tidak terlalu banyak dikenal. Salah satu olahan labu yang terkenal adalah kolak saat bulan Ramadhan.

Padahal, labu memiliki banyak kandungan nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh.

Baca juga: Fakta Nutrisi Ubi Jalar yang Menjadikannya Superfood

Ini membuat labu menjadi makanan yang punya banyak manfaat kesehatan.

Merangkum dari Healthline, labu memiliki manfaat untuk sistem imun, kesehatan mata, kulit, sistem pencernaan, hingga jantung.

Manfaat kesehatan ini tidak terlepas dari kandungan gizi di dalam buah berwarna oranye ini.

Dikutip dari Departemen Pertanian AS (USDA), satu cangkir atau sekitar 245 gram labu segar memiliki kandungan nutrisi:

  • Kalori: 49
  • Karbohidrat: 12 g
  • Serat: 3 g
  • Protein: 2 g
  • Lemak: 0,17 g
  • Sodium: 390 mg
  • Gula: 5 g
  • Vitamin K: 49 persen dari kebutuhan harian
  • Vitamin C: 19 persen dari kebutuhan harian
  • Kalium: 16 persen dari kebutuhan harian
  • Tembaga, mangan, dan riboflavin: 11 persen dari kebutuhan harian
  • Vitamin E: 10 persen dari kebutuhan harian
  • Besi: 8 persen dari kebutuhan harian
  • Folat: 6 persen dari kebutuhan harian

Karbohidrat

Dalam secangkir labu segar yang dimasak terdapat 49 kalori dan 12 gram karbohidrat. Karbohidrat yang terkandung dalam labu tersebut adalah serat dan beberapa gula alami.

Baca juga: Fakta Nutrisi Manggis yang Menjadikannya Buah Super

Selain itu, karbohidrat lain dalam labu adalah pati.

Karbohidrat dalam labu punya efek mengenyangkan. Kandungan ini juga berdampak minimal pada gula darah yang diukur dengan beban glikemiknya.

Ini membuat labu menjadi pilihan yang baik bagi penderita diabetes.

Melansir dari Verywell Fit, buah yang berasal dari Amerika Utara ini memiliki Indeks Glikemik tinggi, yaitu 75.

Sedangkan beban glikemiknya diperkirakan hanya 3.

Indeks glikemik (GI) dan beban glikemik (GL) keduanya mengukur efek makanan terhadap gula darah.

GL dianggap sebagai cara yang lebih akurat untuk mengukur dampak makanan terhadap gula darah karena didasarkan pada ukuran penyajian yang khas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau