KOMPAS.com - Di tengah pandemi Covid-19 yang masih menghantui, pemerintah telah memberikan cuti Bersama pada periode waktu di akhir Oktober sampai awal November.
Kondisi ini justru menjadi hal dilematis karena masyarakat dihadapkan dua pilihan, yakni keluar rumah untuk menikmati hari libur atau tetap berada di rumah untuk menghindari ancaman corona.
Namun, adanya berbagai diskon menyambut musim liburan tentu terlihat menggiurkan.
Pada akhirnya, banyak masyarakat yang justru tergoda dan memilih keluar rumah untuk berlibur.
Bukan hal tak mungkin jika momen cuti bersama ini turut menyumbang penambahan angka kasus Covid-19 di Indonesia.
Jika mengingat momen liburan yang pernah terjadi, misalnya usai libur mudik lebaran di awal Juni 2020, terjadi angka penambahan kasus Covid-19 tembus 25.000.
Baca juga: 6 Penyebab Kanker Tiroid yang Perlu Diwaspadai
Lalu pada libur panjang akhir Agustus 2020 juga terjadi peningkatan terutama klaster keluarga.
Menurut Ari Fahrial Syam, guru besar pada Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, momen cuti bersama di akhir hingga awal November 2020 ini juga berpotensi meningkatkan beberapa kelompok penyakit lain.
Selain Covid-19, berikut beberapa penyakit yang berpotensi terjadi karena momen liburan panjang ini:
Perjalanan panjang di momen liburan seringkali menyebabkan kelelahan. Menruut Ari, kelelahan tersebut juga bisa berpotensi mendatangkan penyakit infeksi pernafasan atas dan diare.
Untuk sampai di tempat liburan seseorang harus melakukan perjalanan yang melelahkan, baik dengan kendaraan sendiri atau kendaraan umum.
Selama dalam perjalanan masyarakat juga cenderung mengonsumsi makanan yang seadanya saja.
"Apalagi, di era pandemik seperti ini mereka berpikir dua kali untuk makan dan minum di restoran yang ada apalagi jika kondisi restoran penuh.
Keadaan ini akan menyebabkan daya tahan tubuh mereka menjadi menurun," ucap Ari.
Menurutnya, kondisi ini akan membuat kita mudah sekali mengalami penyakit flu atau infeksi saluran nafas atas.
Selain itu, kebersihan dan kemanan makanan yang dibeli selama perjalanan juga perlu dipertanyakan dan berpotensi besar memicu diare.
"Penyakit ini, baik infeksi saluran nafas atas dan diare, sangat mendominasi para traveler, apalagi para traveler ini biasanya kurang istirahat dan kurang bergerak saat diatas kendaraan," ujar Ari.
Faktor-faktor itu juga kerap memicu sakit kepala dan pegal-pegal usai berlibur.
"Biasanya, keadaan ini dapat diatasi dengan cukup tidur. Sayangnya, mereka yang berlibur ini biasanya antusias menikmati lokasi liburan dan lupa akan kelelahan yang terjadi," tambah dia.
Padahal, hal itu bisa menyebabkan keadaan kelelahan akan semakin bertambah parah dan memicu penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi.
"Kondisi ini bisa semakin parah apabila selama liburan kita tidak menaati protokol kesehatan," ujar dia.
Baca juga: Mengenal Detoks Dopamin, Cara Lepaskan Diri Kesenangan Sementara
Berbagai penyakit kronik umumnya cenderung akan mengalami kekambuhan setelah liburan.
Selama liburan selain menikmati lokasi di tempat libur umumnya masyarakat juga mencari kuliner yang enak. Mereka juga lebih memilih untuk makan minum di tempat kuliner tersebut.
Hal ini bisa memicu potensi penularan sesama anggota keluarga dan di antara pengunjung, terutama jika kita makan di restoran tertutup.
Selain itu, orang cenderung mengonsumsi makanan dan minuman dengan nilai kalori dan lemak tinggi saat liburan.
Padahal, mengonsumsi makanan tinggi kalori bagi orang yang sudah memiliki penyakit kronik bisa memicu dan semakin memperparah kekambuhan.
Pasien dengan penyakit kencing manis akan cenderung gula darahnya menjadi tidak terkontrol.
Sedangkan pasien dengan penyakit darah tinggi tekanan darahnya menjadi tidak terkontrol.
Tak hanya itu, pasien dengan hiperkolesterol atau asam urat tinggi juga bisa semakin memperparah kondisi medis yang telah dimilikinya.
"Kalau pasien yang sudah obesitas sehabis liburan cenderung berat badannya akan bertambah melonjak. Mereka yang punya maag juga akan kambuh karena makan tidak teratur dan mengkonsumsi makanan yang berlemak dan kalori tinggi," tambah Ari.
Selama perjalanan baik pergi maupun pulang liburan potensi terjadi kecelakaan juga meningkat.
Kelelahan, ngantuk atau kondisi kendaraan yang tidak optimal bisa menjadi faktor terjadi kecelakaan di jalan raya.
Selain itu, cuaca di musim liburan ini sangat tidak menentu, yang bisa menyebabkan kemungkinan naiknya air laut dan banjir.
Baca juga: 6 Penyakit yang Bisa Hilangkan Keseimbangan Tubuh
"Pada akhirnya antisipasi terhadap berbagai penyakit pasca liburan termasuk tertular oleh infeksi covid-19 merupakan hal yang harus di antisipasi," ucap Ari.
Ari juga mengingatkan agar masyarakat harus selalu ingat bahwa rangkaian liburan dengan berbagai aktifitas akan membawa dampak yang kurang baik bagi kesehatan.
Maka dari itu, masyarakat yang memang melaksanakan liburan keluar rumah harus waspada dan tetap melakukan upaya pencegahan terhadap penyakit covid-19 dan penyakit seputar liburan lainnya .
"Dengan cara itu, kita bisa tetap sehat dan beraktifitas lancar usai liburan," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.