Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Ibu Hamil Bukan Kelompok Prioritas Penerima Vaksin Covid 19?

Kompas.com - 14/01/2021, 12:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com- Covid19 memang bisa memicu berbagai komplikasi serius yang membahayakan nyawa.

Akan tetapi, riset membuktikan ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 berisiko lebih tinggi mengalami berbagai komplikasi serius.

Menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) wanita hamil lebih berpotensi membutuhkan perawatan rumah sakit ketika terinfeksi virus corona.

Risiko mereka untuk mengalami perawatan intensif di ICU dan membutuhkan ventilator juga lebih tinggi.

Peningkatan risiko tersebut terjadi karena adanya perubahan sistem pernapasan dan kekebalan selama kehamilan.

Sayangnya, di Indonesia wanita hamil bukan termasuk kelompok prioritas penerima vaksin Covid-19.

Baca juga: Yang Perlu Kita Tahu tentang Mutasi Virus Corona

Mengapa ibu hamil bukan kelompok utama penerima vaksin corona?

Sama dengan jenis vaksin lainnya, vaksin Covid-19 memiliki beberapa efek samping. Efek samping yang biasa terjadi ketika menerima vaksin, antara lain:

  • nyeri, kemerahan, dan bengkak di lokasi suntikan
  • kelelahan
  • sakit kepala
  • nyeri otot dan persendian
  • demam
  • menggigil.

Akan tetapi, efek samping tersebut merupakan tanda bahwa vaksin sedang bekerja untuk membentuk kekebalan di tubuh kita.

Selain itu, manfaat vaksin sebenarnya lebih tinggi daripada efek sampingnya.

Menurut data CDC, efek samping dapat terjadi setelah menerima salah satu dari dua vaksin Covid 19 yang tersedia, terutama setelah dosis kedua.

Beberapa orang pernah mengalami reaksi alergi setelah menerima vaksin. Hal yang sama juga berpotensi terjadi setelah menerima vaksin Covid-19.

Sayangnya, wanita hamil dan menyusui tidak diikutsertakan dalam uji coba vaksin COVID-19.

Jadi, belum bisa dipastikan apakah ibu hamil akan mendapatkan efek samping yang serupa saat menerima vaksin. 

Baca juga: 5 Bahaya Terlalu Banyak Minum Teh

Hingga saat ini, data mengenai keamanan dan potensi efek samping yang mungkin terjadi pada ibu hamil yang menerima vaksin juga belum ditemukan.

Melansir data Harvard Health Publishing, salah satu efek samping vaksin Covid-19 adalah demam.

Demam pada ibu hamil biasanya bisa diatasi dengan mengonsumsi asetaminofen.

Akan tetapi, demam yang tinggi dan berkepanjangan selama kehamilan dapat menyebabkan cacat lahir.

Itu sebabnya, masih diperlukan pengujian lebih lanjut hingga terdapat data yang akurat mengenai efektivitas dan keamanan vaksin Covid-19 pada ibu hamil dan menyusui.

Namun, data CDC menyebut vaksin Covid 19 tidak mengandung virus hidup (melainkan vaksin mRNA).

Dengan bagitu, vaksin tersebut tidak dianggap menyebabkan peningkatan risiko infertilitas, keguguran, bayi lahir mati atau kelainan bawaan.

Ketika dipelajari selama uji hewan, vaksin mRNA tidak mempengaruhi kesuburan atau menyebabkan masalah pada kehamilan.

Meski demikian, efek samping vaksin Covid-19 pada ibu hamil dan janin masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Hengki Kawilarang Meninggal Setelah Alami Diabetes dan Cuci Darah, Kenali Penyakit Ini
Hengki Kawilarang Meninggal Setelah Alami Diabetes dan Cuci Darah, Kenali Penyakit Ini
Health
Adam Suseno Alami Pendarahan Hebat akibat Luka Robek, Jalani Operasi Besar
Adam Suseno Alami Pendarahan Hebat akibat Luka Robek, Jalani Operasi Besar
Health
Hengki Kawilarang Meninggal Pada Usia 47 Tahun karena Sakit Apa? Ini Penjelasannya...
Hengki Kawilarang Meninggal Pada Usia 47 Tahun karena Sakit Apa? Ini Penjelasannya...
Health
Hengki Kawilarang Meninggal, Ini Penjelasan Medis Soal Prosedur Cuci Darah
Hengki Kawilarang Meninggal, Ini Penjelasan Medis Soal Prosedur Cuci Darah
Health
Kasus Virus Hanta Telah Terdeteksi di 4 Provinsi, Waspadai Ini Cara Penularannya…
Kasus Virus Hanta Telah Terdeteksi di 4 Provinsi, Waspadai Ini Cara Penularannya…
Health
Sering Pakai Headset? Kenali Gejala Gangguan Pendengaran Sejak Dini Sebelum Terlambat
Sering Pakai Headset? Kenali Gejala Gangguan Pendengaran Sejak Dini Sebelum Terlambat
Health
Studi: Tes Darah Ini Bisa Deteksi Kanker Tiga Tahun Sebelum Diagnosis
Studi: Tes Darah Ini Bisa Deteksi Kanker Tiga Tahun Sebelum Diagnosis
Health
Dokter Bagikan Cara Menghindari Kerusakan Pendengaran Permanen Karena Pakai Headset
Dokter Bagikan Cara Menghindari Kerusakan Pendengaran Permanen Karena Pakai Headset
Health
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Health
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Health
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
Health
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Health
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Health
Dokter Ortopedi: Pengapuran Lutut Tak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Diperlambat
Dokter Ortopedi: Pengapuran Lutut Tak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Diperlambat
Health
Dokter: Obat Pengapuran Lutut Hanya Mengurangi Gejala, Tak Hentikan Kerusakan Sendi
Dokter: Obat Pengapuran Lutut Hanya Mengurangi Gejala, Tak Hentikan Kerusakan Sendi
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau