eGFR di bawah 60 selama tiga bulan atau lebih atau eGFR di atas 60 dengan kerusakan ginjal (ditandai dengan tingginya kadar albumin dalam urine) dapat menunjukkan penyakit ginjal kronis.
Dokter biasanya ingin menyelidiki penyebab penyakit ginjal pasien dan terus memeriksa fungsi ginjalnya untuk membantu merencanakan perawatan terbaik.
Biasanya, tes urine sederhana juga akan dilakukan untuk memeriksa darah atau albumin (sejenis protein) dalam urine.
Ketika seseorang memiliki albumin dalam urine, itu disebut albuminuria.
Darah atau protein dalam urine bisa menjadi tanda awal penyakit ginjal.
Orang dengan jumlah albumin yang tinggi dalam urine berada pada peningkatan risiko penyakit ginjal kronis berkembang menjadi gagal ginjal.
Dokter mungkin juga akan menyarankan pengujian lebih lanjut, jika perlu, seperti:
Baca juga: 10 Makanan yang Baik untuk Kesehatan Ginjal
Secara mudah, cuci darah dapat dipahami sebagai perawatan untuk menggantikan fungsi ginjal dengan menggunakan ginjal buatan.
Mesin ginjal buatan (hemodializer) berfungsi membuang limbah, bahan kimia, dan kelebihan cairan tubuh.
Cuci darah dapat menjaga keseimbangan tubuh dengan cara:
Cuci darah ini dapat dilakukan di rumah sakit atau penyedia jasa dialisis.
Proses cuci darah dilakukan dengan cara darah penderita dimasukkan ke mesin ginjal buatan, dibersihkan, lalu dikembalikan ke dalam tubuh.
Untuk memasukkan darah ke dalam ginjal buatan, dokter perlu membuat akses (pintu masuk) ke dalam pembuluh darah.
Pembuatan akses ini memerlukan operasi kecil pada lengan atau kaki penderitanya.
Terkadang, akses dibuat dengan menghubungkan arteri ke vena di bawah kulit. Tujuannya untuk membuat pembuluh darah dengan ukuran lebih besar yang disebut fistula.
Baca juga: 8 Penyebab Penyakit Ginjal Kronis yang Perlu Diwaspadai