Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Penderita Penyakit Ginjal Harus Cuci Darah?

Kompas.com - 26/06/2021, 19:30 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Ketika diagnosis mengalami penyakit ginjal, seseorang sangat mungkin merasa akan khawatir jika harus menjalani terapi cuci darah atau hemodialisis.

Bagaimana tidak, terapi cuci darah bukan hanya menyita tenaga, tapi juga bisa menyita waktu, pikiran, dan keuangan.

Padahal sebenarnya penderita penyakit ginjal tidak selalu membutuhkan perawatan hemodialisis.

Baca juga: 6 Macam Penyakit Ginjal dan Penyebabnya

Lantas, kapan penderita penyakit ginjal harus cuci darah?

Melansir National Kidney Foundation, penderita penyakit ginjal pada umumnya baru memerlukan perawatan cuci darah ketika didiagnosis sudah mengalami gagal ginjal stadium akhir atau stadium 5.

Gagal ginjal stadium akhir adalah kondisi ketika penderita penyakit ginjal mengalami kehilangan sekitar 85-90 persen fungsi ginjal dan memiliki perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR) kurang dari 15 ml/menit/1,73 m2.

eGFR adalah tes terbaik untuk mengukur tingkat fungsi ginjal dan menentukan stadium penyakit ginjal seseorang.

Dokter dapat menghitung eGFR dari hasil tes kreatinin darah pasien, usia pasien, ukuran tubuh pasien, dan jenis kelamin pasien.

GFR dapat memberi tahu dokter stadium penyakit ginjal yang dialami pasien dan membantu dokter merencanakan perawatan terbaik.

Jika angka GFR pasien rendah, ginjalnya berarti sudah tidak lagi bekerja sebagaimana mestinya.

Baca juga: 15 Gejala Penyakit Ginjal yang Perlu Diwaspadai

Gejala penyakit ginjal stadium akhir

Dilansir dari American Kidney Fund, pada penyakit ginjal kronis stadium 5, ketika ginjal bekerja pada kapasitas kurang dari 15 persen, limbah dan racun akan menumpuk dalam darah. Kondisi ini bisa mengancam jiwa.

Berikut ini adalah beberapa gejala penyakit ginjal stadium akhir atau gagal ginjal yang bisa terjadi:

  1. Sakit punggung dan dada
  2. Masalah pernapasan
  3. Ketajaman mental menurun
  4. Kelelahan
  5. Sedikit atau tidak ada nafsu makan
  6. Otot berkedut atau kram
  7. Mual atau muntah
  8. Gatal terus menerus
  9. Susah tidur
  10. Kelemahan parah
  11. Pembengkakan pada tangan dan kaki
  12. Buang air kecil lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya

Siapa saja yang mengalami gejala di atas atau mencurigai diri mengalami gejala penyakit ginjal penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

Ketahuilah bahwa semakin dini penyakit ginjal terdeteksi, maka kian baik untuk memperlambat atau menghentikan perkembangannya.

Pada penderita penyakit ginjal stadium akhir, risiko untuk mengalami penyakit jantung dan stroke bisa semakin meningkat.

Baca juga: 9 Tanda Peringatan Penyakit Ginjal yang Perlu Diwaspadai

Apa yang terjadi jika hasil tes menunjukkan bahwa kita mungkin menderita penyakit ginjal kronis?

eGFR di bawah 60 selama tiga bulan atau lebih atau eGFR di atas 60 dengan kerusakan ginjal (ditandai dengan tingginya kadar albumin dalam urine) dapat menunjukkan penyakit ginjal kronis.

Dokter biasanya ingin menyelidiki penyebab penyakit ginjal pasien dan terus memeriksa fungsi ginjalnya untuk membantu merencanakan perawatan terbaik.

Biasanya, tes urine sederhana juga akan dilakukan untuk memeriksa darah atau albumin (sejenis protein) dalam urine.

Ketika seseorang memiliki albumin dalam urine, itu disebut albuminuria.

Darah atau protein dalam urine bisa menjadi tanda awal penyakit ginjal.

Orang dengan jumlah albumin yang tinggi dalam urine berada pada peningkatan risiko penyakit ginjal kronis berkembang menjadi gagal ginjal. 

Dokter mungkin juga akan menyarankan pengujian lebih lanjut, jika perlu, seperti:

  • Tes pencitraan seperti USG atau CT-scan untuk mendapatkan gambaran kondisi ginjal dan saluran kemih
  • Biopsi ginjal yang dilakukan dalam beberapa kasus untuk memeriksa jenis penyakit ginjal tertentu, melihat seberapa banyak kerusakan ginjal yang terjadi dan membantu merencanakan pengobatan. Untuk melakukan biopsi, dokter mengambil potongan kecil jaringan ginjal dan melihatnya di bawah mikroskop

Baca juga: 10 Makanan yang Baik untuk Kesehatan Ginjal

Bagaimana proses curi darah?

Secara mudah, cuci darah dapat dipahami sebagai perawatan untuk menggantikan fungsi ginjal dengan menggunakan ginjal buatan.

Mesin ginjal buatan (hemodializer) berfungsi membuang limbah, bahan kimia, dan kelebihan cairan tubuh.

Cuci darah dapat menjaga keseimbangan tubuh dengan cara:

  • Menyaring limbah, garam, dan kelebihan air untuk mencegah zat tersebut menumpuk di dalam tubuh
  • Menjaga tubuh dari penumpukan bahan kimia tertentu dalam darah seperti kalium, natrium, dan bikarbonat
  • Mengontrol tekanan darah 

Cuci darah ini dapat dilakukan di rumah sakit atau penyedia jasa dialisis.

Proses cuci darah dilakukan dengan cara darah penderita dimasukkan ke mesin ginjal buatan, dibersihkan, lalu dikembalikan ke dalam tubuh.

Untuk memasukkan darah ke dalam ginjal buatan, dokter perlu membuat akses (pintu masuk) ke dalam pembuluh darah.

Pembuatan akses ini memerlukan operasi kecil pada lengan atau kaki penderitanya.

Terkadang, akses dibuat dengan menghubungkan arteri ke vena di bawah kulit. Tujuannya untuk membuat pembuluh darah dengan ukuran lebih besar yang disebut fistula.

Baca juga: 8 Penyebab Penyakit Ginjal Kronis yang Perlu Diwaspadai

Namun, jika pembuluh darah tidak cukup untuk fistula, dokter akan menggunakan tabung plastik lembut untuk menghubungkan arteri dan vena di bawah kulit pasien. Prosedur ini disebut cangkok.

Ada juga pembuatan akses darah menggunakan selang plastik yang disebut kateter.

Kateter dimasukkan ke dalam pembuluh darah besar di leher penderitanya.

Selama cuci darah, penderita akan disarankan duduk atau berbaring dalam posisi nyaman.

Dokter atau petugas kesehatan lainnya lalu memasang jarum ke akses keluar masuk darah.

Pompa di mesin cuci darah kemudian mengeluarkan darah dari tubuh, dan menyaring limbah sampai kelebihan cairan dari tubuh.

Oleh mesin, darah yang sudah bersih lalu dimasukkan kembali ke tubuh lewat akses utama.

Lamanya proses cuci darah bisa berbeda-beda pada setiap penderita penyakit ginjal, tergantung kondisi kesehatan masing-masing.

Ada pasien yang harus menjalani cuci darah tiga sampai lima jam sekali perawatan.

Intensitasnya juga berlainan, ada yang sampai dua kali dalam seminggu, ada juga yang tiga kali seminggu.

Baca juga: 8 Penyebab Penyakit Ginjal Kronis yang Perlu Diwaspadai

Cuci darah ini banyak diberikan kepada penderita dengan tanda penyakit ginjal sudah mencapai stadium akhir atau gagal ginjal.

Cuci darah bisa permanen atau sementara, tergantung kondisi ginjal dan kesehatan penderitanya.

Jika kondisi penyakit ginjal membaik setelah pengobatan, cuci darah tidak perlu dilanjutkan. Tapi, jika kondisi gagal ginjal kronis atau memasuki stadium akhir, penderita biasanya memerlukan cuci darah seumur hidup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau