Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Tak Hanya Dialami Usia Tua, Penyakit Ini Juga Mengintai Usia 20-30 Tahun

Kompas.com - 23/11/2021, 14:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Nur Ithrotul Fadhilah dan Ikko Anata

MEMASUKI usia kepala dua ataupun tiga akan semakin banyak aktivitas yang dilakukan. Menjaga kondisi tubuh yang baik secara fisik perlu digalakkan agar terjauh dari beberapa penyakit yang mengintai.

Namun, tak dapat dihindari, usia emas juga rentan terkena penyakit yang digadang-gadang hanya terjadi pada usia tua.

Dilansir dari hopkinsmedicine, banyak orang di usia muda tak khawatir tentang masalah kesehatan seperti stroke dan kanker usus besar.

Namun, menurut penelitian terbaru, mereka yang berusia muda dapat memengaruhi lebih cepat dari yang dikira.

Studi terbaru menunjukkan bahwa beberapa gangguan yang biasanya terkait usia tua ternyata memengaruhi usia muda. Sementara yang lain sangat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan di usia 20-an dan 30-an.

Erin Michos, MD, MHS dari Associate Director for The Ciccarone Center for the Prevention of Heart Disease at Johns Hopkins University menerangkan bahwa dengan epidemi obesitas dan gaya hidup yang tidak banyak gerak mengakibatkan peningkatan faktor risiko seperti kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi pada orang muda.

Namun, penting bagi kita untuk selalu mengetahui faktor-faktor risiko apa saja yang dapat dicegah.

Lantas, apa saja penyakit yang dapat mengintai Anda di usia 20-30 tahun? Simak baik-baik agar terhindar dari risiko penyakitnya.

Kolesterol tinggi

Kolesterol merupakan lemak alami yang diproduksi oleh organ hati dan berguna bagi tubuh, tetapi jika kadarnya terlalu tinggi, maka akan mengakibatkan penumpukan di pembuluh darah sehingga mengganggu aliran darah.

Tak dapat dimungkiri jika usia muda 20-30 tahun juga dapat terindikasi kolesterol tinggi.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, hampir 94 juta orang dewasa AS berusia 20 tahun atau lebih memiliki kadar kolesterol total lebih tinggi dari 200 mg/dL.

Sementara itu, 28 juta orang dewasa di AS memiliki kadar kolesterol total lebih tinggi dari 240 mg/dL. Kolesterol yang tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung, penyebab utama kematian, dan stroke.

Melansir nhs.uk, penyebab kolesterol tinggi adalah makanan berlemak, tidak cukup olahraga, obesitas, merokok dan minum alkohol. Cara jitu untuk menurunkan kolesterol tinggi adalah dengan mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga.

Namun, seseorang dengan kolesterol tinggi biasanya cenderung tidak mendapati gejala sehingga perlu dilakukan tes darah untuk mengetahuinya.

Pembahasan mengenai Kolesterol Tinggi ini telah tersedia di episode ke-72 siniar (podcast) KamuSehat yang berjudul "Cara Menurunkan Kolesterol". Dengarkan episode selengkapnya dengan mengeklik ikon berikut.

Radang usus buntu

Menurut Williams dan Wilkins dalam buku Diagnosis Keperawatan, apendisitis atau radang usus buntu adalah peradangan pada apendiks yang berbahaya jika tidak ditangani segera karena dapatmenimbulkan pecahnya lumen usus. Radang usus buntu memiliki dua tipe yaitu radang usus buntu akut dan radang usus buntu kronis.

Dilansir dari Mayoclinic, beberapa gejala yang dialami diantaranya nyeri tiba-tiba di sisi kanan perut, rasa sakit memburuk saat batuk, berjalan atau melakukan gerakan lain, mual dan muntah, kehilangan selera makan, demam ringan, diare, serta perut kembung.

Menurut penelitian yang berjudul "Perforasi pada Penderita Apendisitis di RSUD DR H Abdul Moeloek Lampung" tahun 2020 oleh Mizar Erianto dkk, radang usus buntu ditemukan pada laki-laki maupun perempuan dengan risiko menderita apendisitis selama hidupnya mencapai 78 persen.

Insiden tertinggi dilaporkan terjadi pada rentang usia 20-30 tahun. Diagnosis apendisitis dapat ditegakkan dengan mengetahui riwayat penyakit melalui pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan ultrasonography (USG).

Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan merupakan penyakit menular serta memengaruhi paru-paru.

Sebagian besar penyakit tuberkulosis menyerang paru-paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lain, seperti kelenjar, tulang, dan lain sebagainya. Tetapi hanya TBC Paru yang dapat menular ke tubuh orang lain.

Lembaga WHO memiliki program agar dunia bebas dari tuberkulosis pada tahun 2030 dan Indonesia termasuk negara ketiga yang memiliki kasus tuberkulosis terbanyak per tahunnya.

Berdasarkan pernyataan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2018 diperkirakan terdapat 570.289 kasus, dan 543.874 kasus pada tahun 2019 di Indonesia.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Anung Sugihantono mengatakan bahwa terdapat kurang lebih 13.000 orang meninggal setiap jamnya disebabkan oleh tuberkulosis.

Menurut Kementrian Kesehatan RI, salah satu Langkah pencegahan TBC adalah dengan menerima vaksin BCG (bacillus calmette-guerin) yang wajib diberikan pada bayi berusia dua bulan.

Selain itu, menggunakan masker saat berada di tempat ramai dan saat berinteraksi dengan penderita TBC juga dapat mencegah terjangkit penyakit TBC serta rajin mencuci tangan.

Hipertensi

Penyakit lain yang dapat mengintai usia 20-30 an adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi ketika kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh.

Menurut World Health Organization (WHO), tekanan darah tinggi adalah kondisi medis serius yang secara signifikan meningkatkan risiko penyakit jantung, otak, ginjal, dan penyakit lainnya.

Data WHO menerangkan bahwa 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun ditemukan menderita hipertensi, sebagian besar tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Hipertensi juga menjadi penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Faktor dari munculnya hipertensi adalah diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi tembakau dan alkohol, serta obesitas.

Cara mengurangi risiko hipertensi adalah makan lebih banyak sayur dan buah, aktif secara fisik dengan teratur, menghindari tembakau dan alkohol, serta membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh.

Pembahasan mengenai Hipertensi ini telah tersedia di episode ke-20 siniar (podcast) KamuSehat yang berjudul "Hipertensi, Gejala, dan Penyebabnya". Dengarkan episode selengkapnya dengan mengeklik ikon berikut.

Sindrom metabolik

Dilansir dari mayoclinic, sindrom metabolik adalah sekelompok kondisi yang terjadi bersamaan yang meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe dua.

Kondisi tersebut meliputi peningkatan tekanan darah, gula darah tinggi, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang, dan kadar kolesterol atau trigliserida yang tidak normal.

Sindrom metabolik semakin umum terjadi, sebab diketahui bahwa sepertiga orang dewasa AS mengidap sindrom metabolik.

Jika terindikasi memiliki sindrom metabolik, maka disarankan untuk mengubah gaya hidup agar dapat mencegah perkembangan masalah yang serius.

Penyebab dari sindrom metabolik terkait erat dengan kelebihan berat badan dan ketidakaktifan.

Gejala dari sindrom metabolik tidak memiliki tanda yang jelas, salah satu tanda yang terlihat adalah lingkar pinggang yang besar.

Pencegahan dapat dilakukan diantaranya dengan melakukan setidaknya 30 menit aktivitas fisik setiap harinya, makan banyak sayuran, buah-buahan, protein tanpa lemak dan biji-bijian, menjaga berat badan yang sehat, serta tidak merokok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau