KOMPAS.com - Pernahkah Anda tidak bisa tertidur di malam hari karena pikiran yang terus berjalan atau terlalu mencemaskan hal yang belum tentu terjadi?
Jika itu sering terjadi, mungkin Anda termasuk kategori orang yang suka overthinking.
Overthinking atau berpikir berlebihan biasanya sangat menganggu dan tidak memberikan penyelesaian apa pun pada masalah yang terjadi.
Faktanya, terlalu banyak berpikir, terutama memikirkan hal negatif, hanya akan membuat Anda stres dan terjebak pada kecemasan.
Baca juga: 6 Olahraga yang Cocok Dilakukan Penderita Diabetes
Piskoterapirs Natacha Duke mengatakan, overthinking bisa menjadi gejala depresi atau kecemasan.
Umumnya, overthinking dikaitkan dengan adanya generalized anxiety disorder (GAD) atau gangguan kecemasan umum.
"Seseorang dapat mengalami GAD karena gen mereka atau bisa juga faktor kepribadian seperti ketidakmampuan menoleransi ketidakpastian dalam hidup," kata Duke.
Mereka yang mengalami GAD biasanya juga merasakan gejala berikut:
Kebiasaan overthinking bisa mempengaruhi kesehatan tubuh kita. Berikut efek overthinking pada tubuh:
Stres cenderung memiliki efek mendalam pada organ. Kortisol dapat merusak dan membunuh sel-sel otak di hipokampus.
Terlalu banyak berpikir juga dapat mengubah fungsi otak dengan mengubah struktur dan konektivitasnya.
Para peneliti di University of California, Berkeley juga mengungkapkan bahwa stres kronis menyebabkan masalah mental seperti kecemasan dan gangguan mood.
Overthinking dapat menyebabkan stres, yang pada gilirannya mempengaruhi sistem pencernaan Anda.
Paparan stres menyebabkan masalah gastrointestinal seperti penyakit radang usus, sindrom iritasi usus, perubahan motilitas gastrointestinal dan sekresi lambung, peningkatan permeabilitas usus dan perubahan mikrobiota usus.
Baca juga: Kenali Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesehatan Mental
Terlalu banyak berpikir dan khawatir secara dapat membahayakan kesehatan jantung Anda. Hal tersebut bisa menyebabkan berbagai masalah jantung seperti nyeri dada dan takikardia.
Kecemasan, stres, dan pemikiran berlebihan yang terus-menerus memengaruhi kulit.
Stres emosional yang disebabkan oleh kekhawatiran dapat mempengaruhi atau bahkan memperburuk sejumlah gangguan kulit seperti psoriasis, dermatitis atopik, pruritus, alopecia, areata dan dermatitis seboroik.
Stres menyebabkan peradangan di dalam tubuh, yang menyebabkan peradangan pada kulit.
Sistem kulit yang saling berhubungan kompleks, sistem endokrin dan sistem kekebalan tubuh dipengaruhi oleh stres kronis, memperburuk penyakit kulit.