"Jumlah terbesar bukti untuk efek terapeutik ganja berhubungan dengan kemampuannya untuk mengurangi rasa sakit kronis, mual, dan muntah karena kemoterapi, dan kelenturan (otot tegang atau kaku) dari MS (Multiple Sclerosis)," kata Bonn-Miller.
Ganja medis membantu mengobati penyakit atau kondisi kesehatan tersebut dengan cara:
Mengutip Healthline, ganja medis ini dapat digunaka dengan beberapa cara sebagai berikut:
Metode dan frekuensi penggunaan ganja medis ditentukan oleh dokter.
Baca juga: Ciri-ciri Bayi Cerebral Palsy
Salah satu kemungkinan risiko penggunaan ganja adalah kecanduan dan penyalahgunaan obat, yang masih diperdebatkan.
Mengutip Verywell Health, beberapa penelitian menunjukkan bahwa THC dan CBD umumnya aman dan menghasilkan sedikit efek samping.
Beberapa efek samping cannabinoids ganja medis yang telah dilaporkan meliputi:
Penggunaan THC juga dapat menyebabkan efek samping yang tidak menyenangkan, seperti:
Ganja itu sendiri dapat memiliki sejumlah efek samping jangka pendek dan jangka panjang, termasuk:
Baca juga: Selain Kecanduan, Pengguna Ganja Lebih Berisiko Alami Stroke
Ada penelitian juga yang menunjukkan bahwa ganja dapat mengubah perkembangan otak dan dapat menyebabkan gangguan kognitif.
National Institute on Drug Abuse (NIDA) juga mencatat bahwa THC mengubah fungsi hipokampus dan korteks orbitofrontal.
Area otak tersebut penting dalam pembentukan ingatan baru dan kemampuan untuk mengalihkan perhatian dari satu hal ke hal berikutnya.
Ini tidak hanya memengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar dan membentuk ingatan baru, tetapi juga mempersulit orang untuk melakukan tugas-tugas yang rumit.
Mengutip Healthline, NIDA mencatat penelitian yang menunjukkan 30 persen pengguna ganja mungkin memiliki gangguan penggunaan ganja.
Penelitian juga menyatakan bahwa orang yang merokok ganja sebelum usia 18 tahun, 4 sampai 7 kali lebih mungkin untuk mengembangkan gangguan penggunaan ganja dari pada orang dewasa.
Baca juga: Meski Kontroversial, Ganja Terbukti dapat Sembuhkan 5 Penyakit Ini